Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa bulan terakhir, inflasi telah melonjak tajam di Turki, menciptakan dampak signifikan pada sektor pariwisata negara tersebut. Harga hotel, kafe, dan restoran mengalami kenaikan yang drastis, memaksa wisatawan domestik untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau di luar negeri.
Mengutip laman Euronews, Selasa, 23 Juli 2024, menurut laporan, inflasi di Turki mencapai 75,4 persen pada bulan Mei 2024, dengan sektor perhotelan menjadi salah satu yang paling terpukul. Kıvanç Meriç, Ketua Dewan Perwakilan Regional Izmir dari Asosiasi Agen Perjalanan Turki (TÜRSAB), menjelaskan bahwa masalah ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun lalu.
Baca Juga
Masalah ini dimulai ketika pemerintah Turki mengambil langkah-langkah untuk menekan mata uang asing, kata Meriç. Hal ini menyebabkan penilaian berlebihan terhadap lira Turki dalam kondisi inflasi seperti ini.
Advertisement
Akibatnya, warga Turki menemukan bahwa bepergian ke luar negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan biaya perjalanan domestik. Di pasar dalam negeri, warga mereka punya kesempatan pergi ke luar negeri dengan biaya lebih murah.
Di dalam negeri, harga hotel masih tinggi, tambah Meriç. Para pelaku bisnis khususnya perhotelan di Turki tidak menaikkan harga mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, melainkan karena tingginya biaya operasional.
Krisis ini tidak hanya mempengaruhi perjalanan domestik, tetapi juga pariwisata internasional di Turki. "Saya harus mengatakan bahwa ada masalah serius dalam jumlah wisatawan asing di Turki juga, kata Meriç.Â
Â
Gambaran Suram untuk Hotel di Turki
Meskipun Turki dikenal dengan layanan dan kualitas hotelnya di Eropa, terutama di cekungan Mediterania, negara ini telah kehilangan posisinya karena kelemahan harga. Pada Juli atau Agustus, wisatawan biasanya tidak bisa menemukan kamar hotel di resor liburan utama Turki.
Di destinasi populer di sepanjang pantai Aegean dan Mediterania, tingkat okupansi biasanya mencapai 90 hingga 95 persen. Namun, tahun ini hotel-hotel tersebut beruntung jika tingkat okupansinya mencapai 80 persen.
Hotel-hotel ini juga tidak bisa bergantung pada musim sepi. Meskipun banyak destinasi Mediterania dikunjungi wisatawan dari Mei hingga Oktober, musim di Turki jauh lebih singkat.
Sektor pariwisata Turki menghasilkan uang di musim ramai. Itu tidak menghasilkan uang pada bulan April, Mei, September, dan Oktober, kata Meriç.
Periode utama menghasilkan uang adalah pertengahan Juni hingga pertengahan September. "Saat ini kita sudah memasuki pertengahan bulan Juli dan masih belum mencapai tingkat okupansi yang kita inginkan," sambungnya.
Advertisement
Wisatawan Turki Beralih ke Yunani
Selain biaya hotel yang tinggi, tiket masuk ke situs arkeologi yang dikelola Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata juga melonjak harganya. Di Turki, biaya masuk untuk situs arkeologi dihitung dalam euro, jelas Meriç. Dulu jika wisatawan bisa masuk ke kota kuno Efesus dengan biaya 15 Euro (setara Rp64 ribu), sekarang biayanya 40 Euro (Rp700 ribu).
Akibatnya, wisata budaya di Turki mengalami penurunan drastis, dengan wisatawan mulai memilih destinasi lain seperti Mesir. Menghadapi situasi ini, banyak wisatawan Turki memilih untuk bepergian ke Yunani dan negara-negara Balkan karena harga hotel di sana lebih murah.
Pulau Samos di Yunani, yang besebrangan dari Turki hanya terpisah oleh selat selebar 1,6 km, menjadi salah satu destinasi favorit. Bahkan ada lonjakan yang serius. Meskipun tahun lalu terdapat 35.000 hingga 40.000 orang yang melakukan perjalanan ke Samos, perkiraan tahun ini adalah sekitar 100.000 hingga 150.000 orang, ungkap Meriç.
Pulau Lesbos, yang juga terletak di lepas pantai Turki, terkenal dengan sejarahnya, pantainya yang indah, dan popularitasnya di kalangan wisatawan LGBTQ+. Lesbos sangat sibuk selama tiga hari akhir pekan di Turki bulan ini, ketika antrian terbentuk di perbatasan.Â
Daya Tarik Yunani
Salah satu daya tarik Yunani bagi wisatawan Turki adalah skema visa baru yang diumumkan pada April 2024. Perjanjian ini membuka 10 pulau Yunani bagi pemegang paspor Turki hingga seminggu tanpa harus mengajukan permohonan akses penuh ke Wilayah Schengen UE.
Pulau-pulau dalam program visa termasuk Lesbos, Limnos, Chios, Samos, Leros, Kalymnos, Kos, Rhodes, Symi, dan Kastellorizo. Dengan biaya 60 Euro (setara Rp1 juta) per wisatawan, visa baru ini mencakup pemeriksaan paspor dan perekaman sidik jari, membuat proses perjalanan menjadi lebih mudah dan terjangkau bagi wisatawan Turki.
Sebelumnya, pengunjung Turki harus melalui proses visa yang panjang melalui Konsulat Yunani di Izmir. Kesimpulannya, inflasi yang melanda Turki telah menciptakan tantangan besar bagi sektor pariwisata negara tersebut.
Wisatawan domestik kini mencari alternatif yang lebih terjangkau di luar negeri, sementara jumlah wisatawan asing ke Türkiye juga menurun. Dengan harga hotel dan biaya tiket masuk yang melonjak, banyak yang memilih untuk mengunjungi Yunani dan negara-negara Balkan, yang menawarkan pengalaman serupa dengan biaya yang lebih rendah.
Â
Advertisement