Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran melanda bangunan pujasera di objek wisata Taman Bunga Celosia,atau Taman Celosia Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, Selasa sore, 6 Agustus 2024. Kebakaran diduga disebabkan oleh percikan api yang berasal dari kompor di salah satu gerai.
Dilansir dari akun Instagram @mood.jakarta, Rabu (7/8/2024), kerugian akibat kebakaran di Taman Bunga Celosia diperkirakan mencapai lebih dari Rp1 miliar lebih. Kebakaran pada Selasa, 6 Agustus 2024 tersebut terjadi di restoran Snail Cafe.
Sementara Menurut Kasi Humas Polres Semarang Iptu Pri Handayani, kebakaran melanda blok pujasera di kompleks objek wisata tersebut. "Informasi awal kebakaran dari salah satu ruko di pujasera," katanya, dikutip dari Antara, Selasa.
Advertisement
Tujuh unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menangani kebakaran tersebut. Petugas melakukan pemadaman api melalui bagian belakang objek wisata yang berada di akses menuju Candi Gedongsongo tersebut.
Menurut dia, kebakaran tersebut dapat segera dipadamkan oleh petugas kebakaran yang diterjunkan di lokasi dan kemungknan besar tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Ia menuturkan kebakaran diduga berasal dari kompor salah satu gerai penjual makan di objek wisata tersebut. Petugas dari kepolisian masih mendalami penyebab pasti kebakaran serta kerugian akibat peristiwa tersebut.
Taman Celosia selama ini dikenal sebagai taman bunga bernuansa Eropa di Jawa. Dilansir dari laman resminya, Rabu, Taman Bunga Celosia didirikan oleh seorang pelopor muda pertanian tahun 2017.
Taman ini dibangun dengan konsep kekinian taman bunga, spot foto yang menarik dan Instagramable, wahana permainan dan cafe garden (kuliner). Wisata ini cocok untuk semua usia mulai dari anak, remaja, dewasa, maupun lansia.
Terdapat ratusan jenis bunga hias. Melayani penjualan bunga hias dalam bentuk pot yang terletak berdampingan wisata Taman Bunga Celosia. Wisata dibuka setiap hari pada pukul 08.00 WIB sampai 17.30 WIB.
Â
Little Korea dan Parkir yang Luas
Fasilitas yang terdapat di Taman Bunga Celosia yaitu tempat parkir dengan luas 15.000 meter persegi dan dapat menampung sekitar 400 mobil pribadi dan 2.000 sepeda motor. Untuk berkunjung, cukup membayar HTM weekday Rp25.000, weekend Rp30.000 per orang pada loket utama.
Wisata dengan luas 8,6 hektare ini terdapat spot foto seperti Little Italia, Little Korea, Dermaga Putih, Taman Bunga, dan masih banyak spot lainnya. Di dalam Taman Bunga Celosia juga terdapat Cafe Garden Celosia dengan nuansa yang rileks menikmati menu Cafe Garden Celosia dan pemandangan berbagai gunung.
Tak hanya di Semarang, Taman Bunga Celosia juga bisa dijumpai di beberapa daerah , salah satunya di Banjarnegara, Jawa Tengah. Koleksi andalannya adalah bunga Refugia yang sudah dikenal sebagai tanaman pengendali hama. Petani di sejumlah daerah sudah menanam berjenis-jenis refugia di pematang, jalan pinggir sawah atau di ladang-ladang mereka.
Refugia diyakini efektif mengendalikan serangan hama tanaman. Rumpun Refugia ini menjadi habitat alami predator atau pemangsa alami hama.Di luar fungsi utamanya untuk menciptakan ekosistem predator hama, refugia begitu sedap dipandang. Bunga warna-warni membuat persawahan jadi ceria.
Advertisement
Membangkitkan Wisata Desa
Melansir kanal Regional Liputan6.com, 16 Juni 2019, taman ini coba dikembangkan oleh petani di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka memadukan konsep tanaman pengendali hama, sekaligus untuk membangkitkan wisata desa.
Sebidang tanah bengkok yang lokasinya berada di pinggiran sawah disulap menjadi taman bunga Celosia. Bunga Celosia atau disebut Jengger Ayam termasuk dalam tanaman Refugia yang juga efektif mengendalikan hama. Bunga Celosia kesohor dengan warnanya yang mencolok.
Petani menanam jenis Celosia kuning dan merah. Begitu tanaman mulai berbunga, mendadak sontak, taman pinggir sawah ini ramai oleh warga sekitar. Hamparan bunga nan rupawan itu memantik remaja hingga orang dewasa untuk berswafoto.
Jalan-jalan kecil yang membelah taman tanaman pengendali hama ini pun menjadi arena bermain anak-anak pada pagi ketika sekolah libur.Di hari libur, sejak pagi pengunjung mulai berdatangan. Mereka menikmati mentari pagi di tengah taman Celosia.
"Pengunjung senang, perekonomian hidup, dan anak-anak terhindar dari setiap hari bermain HP," ucap Kepala Desa Gumiwang, Arif Fahrudin, beberapa waktu lalu.
Mengendalikan Hama dan Ramah Lingkungan
Untuk mempercantik taman, pengelola juga membangun replika kincir angin khas negeri Tulip, Belanda. Benar saja, pengunjung banyak kepincut dengan keberadaan kincir angin itu dan menjadikannya latar swafoto.
Taman ini juga tak meninggalkan sisi edukasi. Di beberapa titik taman terpasang plang berisi kata-kata mutiara sarat makna. Lebih dari itu, konsep wisata ini mengarah ke wisata edukasi pertanian dan perikanan. Pengunjung bisa mempelajari efektifitas Refugia untuk mengendalikan hama.
Terlebih, banyak pengunjung yang merupakan keluarga petani. Di tempat ini, mereka bakal belajar mengendalikan hama dengan cara ramah lingkungan. Pengembangan taman Refugia rupanya tak hanya berhenti di situ. Rencananya, pengelola taman akan mengembangkan wisata alam, berupa outbond.
"Ke depan akan dikembangkan outbond, kolam renang, perahu dan hiburan lainnya yang murni konsepnya dari masyarakat," jelasnya. Taman Refugia saat itu membuka lapangan kerja baru di Desa Gumiwang. Tak hanya pengelola yang meraup untuk, petani di sekitar taman pun merasakan manfaatnya.
Kini, tanaman padi petani lebih sehat. Hama yang terkendali membuat petani tak repot mengeluarkan biaya untuk pestisida dan obat-obatan. Hasil panen padi pun lebih berlimpah.
Â
Advertisement