Liputan6.com, Jakarta - Gunung Pabeasan dulunya lebih dikenal dengan nama Pasir Pabeasan, secara administratif berada di Kampung Cibingbin, Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Ketinggian Gunung Pabeasan 1.104 mdpl, menurut peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).
Mengutip dari laman Bandung Bergerak, Selasa , 29 Oktober 2024, di Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Arjasari, yang mulai padat permukimannya, serta tidak begitu jauh jaraknya dari Kota Bandung. Rimbunnya hutan Gunung Pabeasan menjadikannya objek wisata yang hijau dan sejuk, serta memiliki pemandangan yang menawan.
Masih banyak hal mengenai Gunung Pabeasan selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Pabeasan yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Akses Menuju Gunung Pabeasan
Dari Kota Bandung, Anda bisa mencapai Gunung Pabeasan dengan mengemudi kendaraan ke arah Banjaran, lalu berbelok ke arah kiri (timur) menuju Arjasari menuju pertigaan Banjaran. Setelah belok, Anda bisa menyusuri jalan yang sudah relatif bagus sampai tiba di Puskesmas Arjasari.
Dari Puskesmas Arjasari, kita bisa bertanya ke masyarakat setempat karena letaknya sudah dekat. Sebagai tempat parkir, yang berukuran cukup luas, digunakan sebuah bukit kecil yang juga merupakan tempat wisata.
Bukit kecil yang dijadikan tempat parkir ini dikenal dengan nama Gunung Pasirsalam. Di Pasirsalam sudah terdapat warung. Jika kita kekurangan perbekalan, jangan khawatir karena pengunjung bisa membelinya di warung ini.
2. Ada Batu Berusia Ribuan Tahun di Kaki Gunungnya
Bongkah batu berukuran besar yang indah terhampar di lereng Gunung Pabeasan. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai "Batu Ampar Pabeasan" atau "Batu Pabeasan" saja. Lokasi batu ini terletak di kaki Gunung Pabeasan.
Kalau diamati, pengunjung akan mengetahui bahwa batu tersebut termasuk dalam kategori batuan beku jenis intrusi, atau batuan yang membeku terlebih dahulu di dalam tanah sebelum akhirnya muncul ke permukaan. Sementara itu, material yang menutupinya, baik berupa tanah, pasir, atau kerikil, telah tergerus lebih dahulu melalui proses alami yang berlangsung selama ribuan tahun.
3. Asal-usul Nama Gunung Pabeasan
Nama Gunung Pabeasan sering dikaitkan dengan nama Pasirsalam dan gunung-gunung di sekitarnya. Gunung ini terbentuk dari tempat menyimpan beras, yang dalam bahasa Sunda disebut “pabeasan”, yang dibawa oleh seorang pemuda untuk melamar seorang putri cantik.
Namun karena lamarannya ditolak, ditendanglah tempat beras tersebut dan berubah menjadi sebuah gunung. Dalam versi lain, tempat beras itu tidak sampai ditendang, tapi hanya dibiarkan begitu saja. Kemudian sang pemuda yang gagal melamar itu berubah menjadi sebuah gunung (Gunung Bukitcula), demikian juga sang putri (Gunung Geulis). Kedua gunung ini tak jauh lokasinya dari Gunung Pabeasan.
Advertisement
4. Dulunya Tempat Ruwatan
Sebelum dikenal sebagai tempat wisata, Batu Pabeasan dahulunya digunakan untuk acara “ruwatan”. Acara ruwatan ini biasanya dilakukan pada bulan Mulud, yaitu bulan ketiga dalam sistem penanggalan Jawa-Islam yang berlangsung selama 30 hari.
Para sesepuh, baik jawara maupun para tokoh adat, membawa benda pusaka. Mereka membersihkannya dengan bunga tujuh warna serta wewangian dari minyak wangi.
5. Pemandangan di Atas Puncak
Menyusuri jalan setapak dari kaki gunung sampai puncaknya, pendaki akan menemukan beragam jenis vegetasi. awal perjalanan, pengunjung akan disuguhi bunga-bunga cantik, seperti kembang sepatu yang sudah jarang Anda lihat di perkotaan, lalu rumpun pohon bambu yang lebat dengan pucuk-pucuknya yang tinggi, membentuk semacam gapura.
Dari puncak Gunung Pabeasan, tampak Gunung Geulis di sebelah utara, serta Gunung Pipisan dan Gunung Nini di timur. Sedangkan di sebelah selatan, terlihat Gunung Malabar berdiri membentang. Di sebelah timur Gunung Pabeasan ada sebuah gunung kecil yang disebut sebagai Gunung Pasirjampana.
6. Jadi Perkebunan Kopi Warga
Gunung Pabeasan yang terbentuk akibat aktivitas vulkanologi di kawasan Baleendah jutaan tahun yang lalu, memiliki beragam potensi yang bisa dimanfaatkan warga sekitarnya. Keindahan hutan pinus dan keunikan batu amparnya jelas menjadi kekhasan yang tak terbantahkan.
Warga sudah memiliki Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang mungkin membutuhkan penguatan perihal penyediaan sarana dan promosi. Kondisi tanah kawasan tersebut yang subur juga memungkinkan warga mengelolanya sebagai perkebunan kopi.
Yang tak kalah istimewa dari Gunung Pabeasan adalah hasil kebun berupa singkong atau “sampeu”. Singkong dari daerah ini sangat enak rasanya serta punya tekstur unik dan rasa yang gurih.
Pengolahan umbi songkong yang mudah menjadikannya cocok untuk dijadikan aneka ragam makanan ringan. Contohnya, comro (oncom di jero), gorengan renyah dari bahan singkong dengan sambal oncom di dalamnya. Singkong ini juga bisa diolah jadi “kicimpring”, semacam keripik yang diolah dengan rempah-rempah.
Advertisement