Antisipasi HMPV, Bali Bakal Perketat Pemeriksaan Kesehatan Turis China yang Demam?

Sejauh ini, Bali belum mendeteksi penyebaran HMPV di wilayahnya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Jan 2025, 09:30 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2025, 09:30 WIB
Potret Bandara Ngurah Rai Saat Hari Raya Nyepi 2023
Dua penjaga keamanan tradisional Bali, yang secara lokal dikenal sebagai Pecalang, berpatroli selama Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di luar bandara internasional Ngurah Rai di Badung di pulau resor Bali pada 22 Maret 2023. (AFP/DICKY BISINGLASI)

Liputan6.com, Jakarta - Meski virus human Metapneumovirus (HMPV) dianggap tidak berbahaya untuk saat ini, sejumlah pihak mulai meningkatkan kewaspadaan mengantisipasi penyebaran di Indonesia. Salah satunya datang dari Bali.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Bali I Nyoman Gede Anom meminta penjagaan di pintu masuk Bali diperketat untuk mengantisipasi turis China yang tiba dalam kondisi demam. Dia meminta hal itu karena Bali terbuka bagi pariwisata sehingga perlu fokus antisipasi pada kunjungan dari negara terkait.

"Ini seperti flu cepat menyebar, cuma yang di China sejenis itu belum masuk, tapi kita belum tahu karena kita terbuka untuk wisata, tetap protap kita jaga karena belum ada vaksin," kata dia, dilansir dari Antara, Rabu (8/1/2025).

Saat ini, Bali dapat memanfaatkan keberadaan thermo scanner untuk mendeteksi suhu tubuh penumpang yang masuk melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai sehingga dapat mencegah penyebaran.

"Untuk deteksi demam di sana (bandara) itu kan pasti kita lihat. Misal dari China, kalau dia demam kan kita pasti berpikir ke arah sana (virus HMPV). Cepat kita arahkan untuk diperiksa cek lengkap, sekarang China kalau ada rombongan pasti kita cek," imbuhnya.

Prosedur serupa juga sebelumnya dijalankan Dinkes Bali saat mengantisipasi wabah monkeypox atau cacar monyet dengan warga negara Afrika atau pelancong dari Afrika yang mendapat perhatian khusus. "Jadi fokus karena ini kan (virus HMPV) di China, tapi yang jelas virus ini tidak mematikan. WHO pun belum menyatakan ini sebagai penyakit global, belum," kata Anom.

Arahan Kemenpar

Vaksin Booster Covid-19
Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh sebelum memberikan vaksin penguat virus corona Covid-19 Inavac di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pada 29 Desember 2023. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Ia mengatakan pemerintah daerah sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK). Jika nanti virus HMPV terdeteksi, pemerintah daerah akan mengarahkan pasien ke RS Prof Ngoerah. Anom meminta masyarakat tak panik, namun tetap menjaga kesehatan diri dengan pola hidup bersih dan sehat, mengonsumsi makanan bergizi, dan menggunakan masker saat flu dan batuk.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menegaskan bahwa perlakuan khusus pada wisatawan yang kembali atau datang dari China menjadi ranah kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Imigrasi. Meski begitu, saat dihubungi Lifestyle Liputan6.com lewat pesan tertulis di Jakarta, Selasa, 7 Januari 2025, ia menyatakan selalu berkoordinasi dan merujuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) perihal isu kesehatan.

Ia pun mengimbau masyarakat dan pelaku usaha pariwisata mengikuti arahan Kemenkes, serta mengimplementasikan prinsip-prinsip Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE). "Kemenkes telah mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tapi tetap waspada dan menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini," sambungnya.

Wabah HMPV di China

FOTO: Malaysia Buka Perbatasan, Orang Asing Boleh Masuk Tanpa Karantina
Pelancong mengantre di konter check-in Bandara Internasional Kuala Lumpur, Sepang, Malaysia, Jumat (1/4/2022). Mulai hari ini, Malaysia membuka perbatasannya untuk orang asing dan pelancong yang sudah divaksin COVID-19 lengkap tanpa harus menjalani karantina. (AP Photo/Vincent Thian)

Sementara, ahli virus molekuler dari Universitas Monash, Associate Professor Dr. Vinod Balasubramaniam, meminta pemerintah Malaysia meningkatkan pemeriksaan kesehatan di pintu masuk Malaysia. Ia mengatakan fokusnya harus pada pengujian demam dan gejala pernapasan.

"Pihak berwenang harus mengisolasi pelancong yang menunjukkan tanda-tanda penyakit parah untuk pengujian lebih lanjut. Ini bisa jadi COVID-19, influenza, atau patogen lain (yang berisiko menyebar)," katanya pada New Straits Times, dikutip kemarin.

Vinod mengatakan, China tengah mengalami lonjakan penyakit pernapasan musiman, termasuk hMPV dan virus pernapasan lain, seperti respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza. Namun, ia menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan penyakit-penyakit ini menimbulkan ancaman pandemi global, seperti COVID-19.

"Pihak berwenang China mengatakan penyakit pernapasan ini merupakan hal yang wajar, terjadi musiman, dengan jumlah kasus parah lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.

Vinod mengatakan, meski hMPV, COVID-19, dan influenza adalah virus pernapasan, tingkat keparahan dan penularannya sangat berbeda. Tidak seperti COVID-19, hMPV tidak menyebar secara luas dan tingkat keparahannya dapat ditangani pada populasi yang sehat, imbuhnya.

Rajin-rajin Cuci Tangan

HMPV Tak Bisa Disejajarkan dengan COVID-19, Pakar Ungkap Alasannya
HMPV Tak Bisa Disejajarkan dengan COVID-19, Pakar Ungkap Alasannya. Foto: AI by deepai.org.

Vinod juga menyebut bahwa hMPV umumnya menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang. Tapi pada kelompok berisiko tinggi, penyakit ini dapat menyebabkan kondisi yang parah, seperti bronkiolitis atau pneumonia.

"COVID-19 dan influenza juga dapat berkisar dari ringan hingga parah, dengan COVID-19 berpotensi lebih tinggi untuk komplikasi dan kematian, terutama pada orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya," ujar dia.

Vinod melanjutkan, "Ketiga virus tersebut menyebar melalui droplet pernapasan, kontak langsung, dan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. COVID-19 telah menunjukkan tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan hMPV dan influenza, sebagian karena penularan asimtomatik dan masa inkubasi yang lebih lama."

Demi mengurangi risiko infeksi hMPV, ia menyarankan orang mencuci tangan secara teratur dan menghindari menyentuh wajah dengan tangan yang tidak dicuci. Ia juga menganjurkan membersihkan dan mendisinfeksi benda, serta permukaan yang sering disentuh. Ia pun meminta publik menghindari kontak dekat dengan orang lain saat mengalami gejala pernapasan.

Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya