Liputan6.com, Jakarta - Korea Selatan berencana memperketat pengawasan terhadap maskapai berbiaya murah (LCC) dan memberi sanksi pada maskapai yang gagal memenuhi standar keselamatan operasional yang ditingkatkan. Keputusan ini diumumkan menyusul kecelakaan Jeju Air, bulan lalu.
Dalam pertemuan dengan para CEO dari sembilan LCC domestik, termasuk Jeju Air, T'way Air, Eastar Jet, dan Jin Air, Menteri Transportasi Korea Selatan, Park Sang-woo, menguraikan rencana mengadopsi standar keselamatan yang lebih ketat bagi LCC, lapor Yonhap, dikutip dari Korea Joongang Daily, Sabtu, 25 Januari 2025.
Pihak berwenang bermaksud meningkatkan kriteria penilaian keterampilan personel perawatan. Peraturan saat ini menganggap siapa pun yang memiliki pengalaman lebih dari dua tahun sebagai "terampil," standar yang dianggap tidak memadai oleh pengamat industri.
Advertisement
Kementerian juga mengklaim akan meningkatkan proses pemeriksaan untuk akuisisi pesawat baru dan memberlakukan evaluasi lebih ketat untuk menyetujui rute penerbangan baru. Jika maskapai penerbangan ditemukan memiliki tingkat keselamatan di bawah standar selama inspeksi, pemerintah berencana memberikan sanksi berat.
Ini termasuk penangguhan sertifikat operasional. Selain itu, maskapai penerbangan dengan insiden keselamatan atau pelanggaran peraturan yang sering terjadi akan dikenakan pengungkapan informasi terkait keselamatan. LCC juga mengumumkan rencana mengamankan waktu perawatan tambahan dengan mengurangi tingkat pemakaian pesawat.
Jeju Air mengatakan akan mengurangi jam operasi pesawat rata-rata hariannya dari 14 jam menjadi 12,8 jam. Mereka juga bakal memperluas tenaga kerja perawatannya dari 309 jadi 350 personel pada akhir tahun ini.
Sosok Kunci Meninggal Dunia
Kerusakan roda pendaratan yang tampak pada pesawat Boeing 737-800 yang jatuh telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Jeju Air mungkin telah memprioritaskan operasi daripada waktu perawatan yang cukup, yang berpotensi membahayakan keselamatan.
Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan 179 orang tersebut diketahui telah mengoperasikan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum insiden. Hingga kini, proses investigasi terkait insiden belum membuahkan hasil. Sosok utama dalam penyelidikan bahkan diberitakan ditemukan meninggal di rumahnya.
Mengutip Koreaboo, Rabu, 22 Januari 2025, Son Chang Wan, mantan kepala Korea Airports Corp, ditemukan meninggal dunia di rumahnya. Kematian Son dilaporkan di tengah penyelidikan intensif mengenai kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Muan tersebut.
Menurut laporan polisi yang dirilis Selasa, 21 Januari 2025, waktu setempat, Son ditemukan tidak bernyawa di kediamannya. Pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki penyebab kematian Son yang dianggap menambah lapisan misteri baru pada penyelidikan yang sudah rumit ini.
Son menjabat sebagai Kepala Korea Airports Corp dari 2018 hingga 2022. Selama masa kepemimpinannya, localizer sistem pendaratan instrumen di Bandara Internasional Muan mengalami renovasi. Struktur beton yang menampung localizer tersebut jadi sorotan setelah kecelakaan pesawat Jeju Air pada Desember 2024.
Advertisement
Pembatas Beton yang Kontroversial
Pesawat tersebut tergelincir di landasan pacu tanpa roda pendaratan yang diperpanjang dan menabrak localizer, yang didesain ulang pada 2020 saat Son masih menjabat. Gundukan beton yang menampung localizer tersebut telah jadi kontroversi.
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan telah mengumumkan rencana menyelidiki lebih lanjut kecelakaan dan gundukan beton tersebut. Penyelidikan ini bertujuan mengungkap apakah ada kelalaian atau kesalahan dalam proses renovasi yang berkontribusi pada tingginya jumlah korban.
Pihak berwenang setempat mengatakan bahwa mereka akan mengganti pembatas beton di sejumlah bandara di seluruh negeri setelah kecelakaan Jeju Air. Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Inspeksi keselamatan khusus mengungkap perlunya perbaikan localizer di tujuh bandara di seluruh negeri," kanal Global Liputan6.com merangkum dari CNA, Rabu, 22 Januari 2025.
Bandara tersebut meliputi Bandara Internasional Muan dan Jeju, tempat wisata populer dan bandara terbesar kedua di negara itu, setelah Incheon yang melayani ibu kota Seoul. Langkah-langkah tersebut meliputi "merelokasi fondasi di bawah tanah dan menggantinya dengan struktur baja ringan."
Kotak Hitam Berhenti Merekam
Sebelumnya dilaporkan bahwa perekam penerbangan Jeju Air yang jatuh pada Minggu, 29 Desember 2024, berhenti bekerja beberapa menit sebelum pesawat mendarat terbalik dan meledak di landasan pacu Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, kata para penyelidik, Sabtu, 11 Januari 2025, merujuk data kotak hitam.
Para penyidik semula berharap informasi dari kotak hitam akan menjelaskan penyebab kecelakaan penerbangan paling mematikan di negara itu dalam hampir tiga dekade. Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengatakan pada Sabtu bahwa perekam suara kokpit (CVR) dan perekam data penerbangan (FDR) dari Boeing 737-800 telah berhenti bekerja sekitar empat menit sebelum kecelakaan.
Melalui sebuah pernyataan, kementerian tersebut mengatakan tidak jelas mengapa perangkat tersebut berhenti merekam. "Data CVR dan FDR merupakan data penting untuk investigasi kecelakaan, tapi itu juga bisa dilakukan melalui investigasi dan analisis berbagai data, jadi kami berencana melakukan yang terbaik untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan secara akurat," kata kementerian tersebut, mengutip CNN.
Advertisement