Ritual Labuhan di Merapi, Peringatan Bertahtanya Sri Sultan HB X

Ritual labuhan Merapi dipimpin oleh juru kunci merapi Mbah Asih, yang merupakan anak dari juru kunci merapi almarhum Mbah Maridjan.

oleh Liputan6 diperbarui 01 Jun 2014, 08:14 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2014, 08:14 WIB
Tradisi Labuhan Merapi
Ungkapan syukur untuk Kraton Yogyakarta menggelar tradisi Labuhan Merapi di gunung Merapi Sleman, DIY.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebagai ungkapan syukur atas segala anugerah dari tuhan Yang Maha Esa, Keraton Yogyakarta, menggelar Labuhan di Gunung Merapi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (1/6/2014), labuhan merapi dipimpin oleh juru kunci merapi Mbah Asih, yang merupakan anak dari juru kunci merapi almarhum Mbah Maridjan, dengan diikuti ratusan warga lereng Merapi dan masyarakat Yogyakarta.

Sebelum dilakukan ritual, sesajen yang masih terbungkus dibacakan doa. Selanjutnya sesajen dibawa dengan berjalan kaki menuju bangsal Sri Manganti, yang berjarak 2 kilometer dari puncak Merapi. Sesajen yang berisi berbagai seserahan berupa buah, sayur, ketan, dibagikan kepada warga masyarakat yang ikut melabuhkan Merapi.

Ritual labuhan ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, namun juga diikuti oleh warga dari luar daerah. Labuhan juga dilakukan untuk memperingati bertahtanya Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Menurut juru kunci Gunung Merapi Mbah Asih, selain melestarikan tradisi budaya masyarakat setempat, kegiatan ini juga bertujuan memberikan ketenteraman dan kedamaian bagi masyarakat lereng Merapi dan Gunung Merapi.

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilakukan warga lereng Merapi dalam setahun sekali. Ritual ini pun menjadi daya tarik wisata yang dapat memberikan keuntungan bagi warga lereng Merapi. (Riz)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya