2 Putri Gus Dur Gagas Perubahan Lewat Gerakan Digital Nasional

Kondisi budaya Yogya yang sangat kental budaya, membuat Kota Gudeg ini dipilih dalam event Dinamo yang kedua.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Jun 2014, 08:27 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2014, 08:27 WIB
Dua Putri Gus Dur Gagas Perubahan Lewat Gerakan Digital Nasional
Abdurahman Wahid/ Gus Dur. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Alissa Wahid dan Anisa Wahid, putri mantan presiden RI Abdurahman Wahid  alias Gus Dur mendorong perubahan bangsa, melalui Digital Nation Movement (Dinamo) atau Gerakan Digital Nasional 2014.

Menurut Anisa Wahid, sebagai penggagas Dinamo 2014, era saat ini membuat banyak perubahan yang sangat kuat. Seperti beberapa daerah termasuk Yogyakarta yang sudah mulai mengakses Internet, dalam kehidupan mereka khususnya anak muda.

Kondisi tersebut, membuat generasi muda mulai menjadi aktifis digital atau digital activist. Namun tentu saja harus dibarengi dengan langkah anak muda melakukan perubahan mulai dari lingkungan mereka.

Kondisi budaya Yogya yang sangat kental budaya, membuat Kota Gudeg ini dipilih dalam event Dinamo yang kedua. Selain kekuatan budaya yang kuat, media sosial di Yogya juga sangat banyak.

"Kebutuhan besar yang harus dijawab. Banyak sekali perubahan karena ada aktifitas online digital atau digital aktifitism. Kegiatan ini mulainya di Jakarta, sekarang di daerah sudah banyak. (Contohnya) Jalanan di kampung dia rusak, (setelah aktifitas digital) jadi Pemda bisa perbaiki," ujar Anisa Wahid di UGM Kamis, 12 Juni 2014.

Berangkat dari perkembangan tersebut, sambungnya, perlu ada forum dan konsolidasi aktifis baik di dunia online atau offline. Agar mereka saling belajar dan fokus pada perubahan. "Di Yogya istimewa, karena sosial online dikota ini sangat kuat. Itu sebagai alasan kenapa Yogya dipilih," jelas Anisa.

Sementara itu, Alissa Wahid menjelaskan bahwa  saat ini jumlah anak muda sangat tinggi. Mencapai 27% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Hal ini, lanjut Alissa, yang membuat perubahan yang positif perlu dilakukan oleh generasi muda. Di mulai dengan dunia anak muda saat ini, maka akan memudahkan langkah perubahan ke depannya.

"Paling penting secara demografi berada di usia 24 tahun sangat besar sekali angkanya. Dari remaja hingga mahasiswa, 63 juta. Sekitar 27% dari penduduk Indonesia ini ada di anak muda. Membantu mereka punya hak dan kewajiban dan kontribusi terhadap jalannya negara. Sekarang masuk reformasi ini, besar kesempatan kebijakan negara melalui internet. Adanya internet ini sangat memungkinkan mereka bernisiatif dan berpartisipasi," beber Alissa.

Alissa menambahkan, kegiatan Dinamo 2014 di Yogya ini bisa menjadi investasi penting bagi perubahan bangsa Indonesia. Perubahan itu bisa melalui media sosial yang dekat dengan kehidupan anak muda. Acara ini menurut Alissa juga sebagai cara anak muda mengambil keputusan perubahan lingkungan dan sosial. Dinamo, menurut Alissa, mencoba mensinergikan hal itu.

"Kita harus invest anak muda di sini sebagai bonus demografi pada tahun 2030. Acara ini membangun anak muda mengambil kontribusi itu. Bagaimana anak muda yang suka beriternet yang pada khususnya Yogya terkenal dengan produsen trend seperti woles. Semua pakai woles. Woles itu istilah anak Yogya, sekarang Indonesia pakai itu semua. Saat ini trend-trend ini diinisiasi oleh anak Yogya. Nah itu bisa nggak jadi kanal perubahan nasional," pungkas Anissa.

Dinamo 2014 di UGM Yogya gagasan duo putri Gus Dur ini diikuti 714 orang. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun pertama yang digelar di Jakarta, di mana pesertanya hanya 600 orang. Dalam acara in,  dikenalkan aplikasi daring (online) seperti Change.org, meteranpolitik.org, matamassa.org, dan aspirasikita.org.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya