Liputan6.com, Jakarta - Sebuah lelucon jenaka dari Presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, kembali mencuat di tengah perkembangan teknologi kereta cepat dunia. Lelucon yang dulu membuat banyak orang tergelak, kini justru mulai tampak menjadi kenyataan.
Dalam sebuah cerita yang dikutip dari kanal YouTube @kanalunik, Gus Dur pernah bercanda dengan seorang dokter tentang masa depan transportasi. Kala itu, Gus Dur menyebut bahwa suatu hari nanti kereta bisa lebih cepat dari pesawat terbang.
Dokternya pun keheranan. Bagaimana bisa kereta—yang jelas-jelas melaju di rel—mengalahkan kecepatan pesawat yang melesat di langit? Tapi Gus Dur menjawab santai dengan gaya khasnya. “Itu karena kereta sekarang masih merangkak, coba kalau udah bisa berdiri dan lari. Pasti lebih cepat dari pesawat,” kata Gus Dur kala itu.
Advertisement
Ucapan tersebut tentu saja dianggap lelucon belaka. Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi mulai membuktikan bahwa humor Gus Dur memiliki pandangan futuristik yang tajam.
Kini, China sedang mengembangkan kereta super cepat berteknologi hyperloop yang memang "berdiri dan lari" dalam makna teknologi. Dengan target kecepatan hingga 1.000 kilometer per jam, proyek ini menjanjikan revolusi besar dalam dunia transportasi.
Dihimpun berbagai sumber, pada Oktober 2024 lalu, China sukses menguji coba kereta rel magnetik yang diberi nama T-Flight. Kereta ini menggunakan teknologi magnetic levitation atau maglev, digerakkan tanpa roda konvensional dan tanpa menyentuh rel.
Kereta hyperloop itu melaju dalam tabung vakum rendah, sehingga hampir tidak ada gesekan udara yang menghambat lajunya. Hasilnya, kereta bisa melesat jauh lebih cepat dari pesawat komersial biasa yang umumnya memiliki kecepatan 800 hingga 900 kilometer per jam.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Tentang Kereta Super Cepat
Dalam uji coba terbarunya, T-Flight berhasil menyelesaikan lintasan sejauh dua kilometer di Provinsi Shanxi, China Utara. Meski kecepatannya belum mencapai target maksimal, hasilnya dinilai sukses tanpa kendala berarti.
Selama pengujian, kereta mampu mempertahankan stabilitas suspensi, melakukan navigasi dengan baik, dan berhenti dengan aman. Semua ini menjadi indikasi bahwa teknologi tersebut makin matang dan siap dikembangkan lebih jauh.
Proyek ambisius ini dipimpin oleh China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC), perusahaan milik negara yang juga menangani pengembangan roket, rudal, dan sistem luar angkasa China.
Dengan teknologi maglev dan sistem vakum yang dikombinasikan, China mencoba meniadakan dua hambatan utama dalam dunia perkeretaapian: gesekan roda dan hambatan udara. Hal ini memungkinkan kecepatan luar biasa bisa diraih dengan efisiensi energi yang tinggi.
Hyperloop sendiri bukanlah konsep baru. Gagasan tentang sistem transportasi vakum sudah lama dikaji oleh banyak negara. Namun kini, China tampaknya jadi yang terdepan dalam hal pengujian nyata di lapangan.
Advertisement
Teknologi Menjawab Gurauan Gus Dur
Pada uji coba sebelumnya, kendaraan tersebut sudah bisa mencapai kecepatan lebih dari 632 kilometer per jam di lintasan uji skala penuh. Angka ini menjadi rekor kecepatan kereta yang menjanjikan.
Melihat ini, perusahaan teknologi di Amerika Serikat dan beberapa negara lain mulai menunjukkan minat tinggi agar proyek serupa juga bisa diterapkan secara luas di dunia internasional.
Bayangkan, jika dari Beijing ke Shanghai yang biasanya ditempuh lebih dari 4 jam, kini hanya membutuhkan waktu 90 menit. Dunia benar-benar mulai menyaksikan transformasi besar dalam sistem transportasi massal.
Dan lucunya, semua ini seolah menjawab gurauan Gus Dur puluhan tahun lalu. Leluconnya yang menyebut kereta suatu hari bisa “berdiri dan lari” tak lagi hanya jadi bahan tawa, tapi juga jadi refleksi kecerdasannya dalam melihat masa depan.
Humor Gus Dur memang tak pernah kehilangan makna. Di balik candaan santainya, tersimpan cara berpikir jauh melampaui zamannya. Lelucon yang kini terasa makin realistis.
Barangkali inilah yang membuat banyak orang menyebut bahwa Gus Dur tak hanya seorang pemimpin, tapi juga seorang filsuf, pelawak, sekaligus visioner dalam satu sosok yang tak tergantikan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
