Makna Tersirat dari Mitos di 5 Teras Gunung Padang

Gunung Padang diyakini menjadi lokasi mencari petunjuk, tapi bukan tempat pemujaan. Ada 5 tahapan spiritual di sana.

oleh Oscar Ferri diperbarui 20 Sep 2014, 14:59 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2014, 14:59 WIB
Misteri Dibalik Kemegahan Gunung Padang
Salah satu pemandangan dari atas salah satu teras yang ada di areal situs Gunung Padang di Kampung Cimanggu, Cianjur, Jawa Barat, (19/9/2014). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Cianjur - Gunung Padang, situs megalitikum yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menjadi daya tarik masyarakat. Bukan sekadar destinasi, tetapi juga tempat spiritual.

Juru pelihara Gunung Padang, Nanang pun mengakui hal itu. Sebagai juru kunci, ia mengungkap bahwa bukit yang berada tepat di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka itu, merupakan tempat mencari petunjuk. Tapi bukan tempat pemujaan.

Secara rinci, Nanang menjelaskan bahwa Gunung Padang merupakan punden berundak yang memiliki 5 tahapan spiritual. Sebab, punden berundak yang berada di puncak bukit setinggi 885 meter di atas pemukaan laut itu memiliki 5 teras. Permukaan tanah teras ke lima lebih tinggi dari teras keempat, begitu seterusnya sampai teras ke satu yang paling rendah permukaan tanahnya. Teras-teras itu yang sampai sekarang menjadi simbol 5 tahapan spiritual.

Nanang menceritakan, sebelum masuk ke teras 1 terdapat pembuka lawang atau 'pintu masuk atau pintu gerbang' ke punden berundak Gunung Padang. Pembuka lawang ini berbentuk dari 2 batu persegi panjang yang berdiri menancap‎ ke tanah seperti 2 tiang. Kedua batu itu menancap tegak lurus dengan tinggi hampir sama.

Masuk ke teras 1 terdapat bukit masijid atau bukit bersujud. Nanang menjelaskan, bukit masijid ini punya arti sebagai tempat bersujud. Masih di teras 1, terdapat 2 batu musik. Satu terletak di sebelah barat bernama Batu Bonang. Satu lagi bernama Batu Kacapi terdapat di sebelah Timur.

Di batu yang konon bisa menimbulkan alunan suara merdu jika diketuk terdapat relief seperti 4 jari. Tapi konon, jika diperhatikan secara seksama, relief itu bukan 4 jari manusia. Relief itu membentuk satu tulisan Arab, yakni lafadz Allah.

"Silakan lihat dan perhatikan sendiri apa yang tulisannya. Saya tidak mau bilang," ujar Nanang

Kata Nanang, makna dari Batu Bonang ini berarti tidur tapi masih mengingat Tuhan. Apapun yang manusia lakukan harus mengingat pada Maha Pencipta. Lalu Batu Kacapi yang berarti singkatan Kaca dan Pi. Artinya cerminan diri. Batu Kacapi sendiri konon mempunyai 20 senar tak kasat mata. Yang oleh Nanang 20 senar itu menyimbolkan mengenai sifat-sifat Tuhan yang ada pada diri manusia.

Naik ke teras ke-2 terdapat Bukit Mahkuta Dunia. Artinya bukan mahkota, melainkan simbol dari jiwa sosial yang saling mengasihi. Di teras ke-3, tepatnya di sebelah timur, ada Batu Tapak Maung. Menurut Nanang, Maung di sini bukan seperti dalam bahasa Sunda berarti Harimau. Melainkan Ma dan Ung, yang artinya manusia unggul.

"Kalau diperhatikan itu ada 9 cekungan tapi bukan jejak Harimau. Cekungan itu ada yang seperti bekas tapak tangan, tumit kaki, dudukan, dan tongkat. Kalau dihitung jumlahnya ada 9 cekungan," ujar Nanang.

"Lalu siapa manusia unggul yang dimaksud? Jika dihitung itu maka 9 cekungan itu berkaitan dengan Wali Songo, para penyebar agama Islam di Indonesia," ujarnya.

Konon, 'manusia unggul' yang pernah duduk di sana‎ sampai meninggalkan bekas itu adalah Prabu Siliwangi.

Masih di teras ke-3. Di sini juga terdapat batu berukiran Kujang, senjata khas Sunda. Kata kujang berasal dari kata ku dan ujang. Maksudnya kamu pegang, jalankan, telusuri apa makna Gunung Padang.

Di teras ke-4, terdapat Batu Kanuragaan. Konon, batu yang bisa diangkat ini dapat mewujudkan keinginan siapa saja yang bisa mengangkatnya. Namun, Nanang tak sependapat. Mitos itu menurut Nanang justru menyesatkan.

Bagi Nanang, Batu Kanuragaan punya makna batu penguji. Di sini adalah ujian terakhir bagi siapa saja yang melakukan spiritual sebelum mencapat level pamungkas di teras ke-5. Di mana di teras yang permukaan tanahnya lebih tinggi itu terdapat Batu Singgasana Raja‎ dan Batu Pendaringan.

Batu Singgahsana Raja ini adalah level terakhir sebagai tempat perenungan dari teras 1 sampai teras 5 "Di sini dulu tempat bersemedi Sunan Ambu dan Sunan Rama," katanya.

Jadi pada intinya, pundek berundak dengan 5 teras ini mempunyai simbol sebagai level atau tahapan-tahapan yang harus dilalui. Bahwa apapun yang diinginkan manusia tak bisa instan. Semua harus ada proses.

"Ada tahapan, ada tingkatan. Nikmati proses. Silakan spritual di sini. Silakan lewati tahapan-tahapan dari teras 1 sampai teras 5," tandas Nanang mengakhiri penjelasannya soal Gunung Padang. (Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya