Pakar Radar Josaphat: Ilmuwan Indonesia Smart Tapi Kurang Pede

Prof Josaphat (kanan) menjadi salah satu ilmuwan yang banyak memberikan sumbangsih terhadap sains dan teknologi internasional.

oleh Fahrizal Lubis diperbarui 07 Nov 2014, 18:49 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2014, 18:49 WIB
Josaphat Tetuko
Prof Joshapat (kanan) menjadi salah satu ilmuwan yang banyak memberikan sumbangsih terhadap sains dan teknologi internasional.

Liputan6.com, Bandung - Menjadi ilmuwan terkenal di dunia internasional, Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, harus jatuh bangun merasakan perjuangan yang tidak gampang. Namun, motivasi mengembangkan sains dan teknologi yang berguna untuk dalam negeri maupun dunia membuat ia tegar menghadapi semuanya. Seperti tertulis dalam otobiografi perjalanan hidupnya.

"Saya mulai studi di Graduate School of Science and Technology, Chiba University program doktoral (S3) pada tanggal 1 April 1999 dibiayai oleh istri saya untuk uang pendaftaran dan kuliah. Saya lakukan pula arubaito (kerja sambilan) di supermarket depan University, yaitu Unimart (sekarang Maruetsu) mulai jam 07.00 hingga 09.00 untuk menambah pendapatan keluarga yang baru saja dikarunia seorang bayi," kenang Josh yang dimuat Liputan6.com di Jakarta, Jumat (7/11/2014).

"Hari Sabtu juga saya isi dengan mengajar bahasa Indonesia di Sekolah Bahasa di Inage dan Funabashi. Sering pula menerima pekerjaan mendadak dari Kepolisian Tokyo (Keishicho) dan Chiba, Customs bandara Narita dan pelabuhan Tokyo untuk membantu menginterogasi orang Indonesia yang bermasalah. Walau pendapatan lumayan banyak untuk beberapa kali bekerja, tetapi saya sadari pekerjaan ini tidak cocok untuk diri saya," imbuh dia.

Pada tahun pertama kuliah studi doktoral, Josh menceritakan keberhasilannya mendapatkan beasiswa Okamoto Interasional Scholarship Foundation (OSF). Sebulan kemudian, ia berhasil lolos beasiswa lainnya yakni Satoh Internasional Scholarship.

"Sehingga saya mengundurkan diri dari OSF. Setelah mendapatkan beasiswa ini, pengalaman berat saya di tahun pertama di mana belajar sambil bekerja, menyadarkan saya untuk menggunakan waktu studi saya ini sebaik mungkin setelah ada dukungan beasiswa," tutur Josh.

 

Sumbangsih pada Dunia

Saat ini, melalui penemuan-penemuannya, Prof Josh berhasil menjadi salah satu ilmuwan yang banyak memberikan sumbangsih terhadap sains dan teknologi dunia internasional, khususnya soal drone atau pesawat tak berawak dan radar.

Saat berkunjung pada 05 November 2014 kemarin, Tim Liputan6.com berkesempatan mengikuti agenda Prof Josh di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

"Kalau lihat di website agenda saya sangat padat sekali, saya harus memberikan motivasi kepada universitas dan perguruan tinggi di beberapa negara, membantu pengembangan remote sensing beberapa lembaga antariksa dan juga harus mengembangkan ilmu yang saya punya di laboratorium saya. Besok saya harus balik ke Jepang lalu minggu depan saya kembali ke Jakarta, Padang dan Bandung lagi," ucap Josh.
 
Berpakaian batik dengan paduan warna krem-oranye dan menenteng ransel, tampak kesederhanaan Prof Josh saat menghadiri undangan menjadi pembicara di Kuliah Umum 4078 Studium Generale. Di sini ia akan memberikan inspirasi, motivasi dan berbagi pengalaman maupun pemikiran kepada calon-calon ilmuwan yang hadir.

Dalam kuliah umum yang berlangsung selama 2 jam ini, Prof. Josh menyampaikan sejumlah karya-karya yang sudah dia buat maupun dikembangkan seperti integrasi sistem radar gelombang mikro, patch antenna, radar radio frequency (RF), Microsatellite, UAV, microwave image signal processing, dan lain-lain. Ia juga berbagi pengalaman dan memberikan motivasi kepada ratusan mahasiswa-mahasiswi yang hadir di sini.

"Teknologi SAR (Syntehtic-Aperture Radar) onboard di dunia itu selama ini hampir tidak ada. Dan yang bisa mengembangkan itu hanya ada di lab saya," kata pria kelahiran Bandung, Jawa Barat pada 25 Juni 1970 ini.

Ia berpesan, untuk calon-calon ilmuwan yang ingin membangun karier riset internasional agar mengingat faktor penting. Antara lain ide (menjaga keaslian alam, budaya, lingkungan, dll), percaya diri dan melihat kenyataan, membangun dan menjaga kepercayaan, sabar, pendanaan, dan lain-lain.

"Dukungan masyarakat, komunitas ilmiah dan pemerintah juga penting. Selain itu membangun dan menjaga spirit riset itu juga harus diutamakan. Orang Indonesia itu smart tetapi kurang percaya diri (pede) untuk berkontribusi ke dunia Internasional. Mau maju maka ingat niat kita sendiri, kalau menderita saat riset maka banyak-banyaklah tersenyum," pesannya.

Istirahat Singkat


Dalam kesehariannya, Prof Josh hanya bisa beristirahat selama 2 jam per hari. Ini semua ia lakukan untuk menciptaan suatu karya sains maupun teknologi.

"Karena aktivitas yang begitu padat, jadi saya cuma bisa istirahat selama 2 jam. Tapi jangan ditiru ya, ini nggak bagus untuk kesehatan," ungkap Josh yang disambut tawa peserta yang hadir dalam kuliah umum tersebut.

Prof Josaphat Tetuko Sri Sumantyo saat ini menjabat Full Profesor di Center for Environmental Remote Sensing, Universitas Chiba, Jepang. Sejak April 2013, Josh menjadi profesor termuda di Chiba University.

Saat ini, ia telah mengantongi ratusan hak paten internasional dan telah mengembangkan sejumlah teknologi dan sains seperti Synthetic Aperture Radar (SAR), Drone dan Satelit di Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL) miliknya.

Badan antariksa dalam maupun luar negeri seperti JAXA Jepang, Korea Aerospace Research Institut (KARI), The National Space Programe Office (NSPO) Taiwan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan beberapa negara lain juga meminta bantuan dia mengembangkan satelit.

"Mereka tertarik khususnya pengembangan Synthetic Aperture Radar on Board Microsatellites. Karena teknologi SAR onboard di dunia itu selama ini hampir tidak ada. Dan yang bisa mengembangkan itu hanya ada di lab saya. Karena itu mereka tertarik untuk mengimplementasikan hasil riset kita itu untuk pengembangan satelit-satelit mereka nanti," tutur dia.

Selain itu, ia juga menjadi dosen tamu, examiner reviewer dan evaluator di berbagai negara. Seperti, IEEE Geoscience and Remote Sensing Letter (GRSL), University of Tehran, Japan Society fo the Promotion of Science (JSPS), Belgian Science Policy Office (BELSPO), International Journal of Remote Sensing and Earth science (IJReSES), Asian Journal of Geoinformatics, dan masih banyak lainnya. (Riz)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya