2014 Jadi Tahun Arogansi Politik Akibat Persaingan Pilpres

Peneliti Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) Toto Sugiarto menilai 2014 sebagai tahun arogansi politik.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 17 Des 2014, 13:08 WIB
Diterbitkan 17 Des 2014, 13:08 WIB
Kampanye Hitam
(Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) Toto Sugiarto menilai 2014 sebagai tahun arogansi politik. Arogansi yang terjadi baik di parlemen pusat, maupun daerah, merupakan dampak dari persaingan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 yang tidak tuntas.

"Saat Pemilu dan khusunya Pilpres yang lalu, kontestasi terjadi amat runcing bahkan melebihi pemilu-pemilu sebelumnya yang membuat kontestasi politik berlanjut meski Pemilu 2014 sudah usai. Itu yang menyebabkan arogansi politik contohnya ada 2 kubu yakni KMP dan KIH sampai ke DPR," kata Toto dalam diskusi bertajuk '2014: Tahun Arogansi Politik', di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Toto mengatakan, kontestasi ketika Pilpres lalu ada persaingan dan kampanye yang tidak sehat. Ia mencontohkan, kampanye Pilpres banyak sekali yang mengarah ke personal masing-masing calon.

"Di media sosial itu banyak sekali terjadi kampanye yang mengarah sangat personal. Untuk calon yang satu dalam kampanyenya foto sama istrinya tapi yang satu lagi foto sedang mencium kuda. Ini sangat tajam dan berpotensi menimbulkan kekerasan," ujar dia.

Akibatnya, lanjut dia, persaingan antar kedua kubu pengusung berlanjut hingga kini. Arogansi politik antar kedua kubu sangat terlihat ketika parlemen yang seharusnya bekerja untuk kepentingan rakyat, kini terbelah dan saling membela masing-masing kubu.

"Kontestasi masih berlanjut sampai sekarang, pembelahan itu masih ada. Meskipun DPR sudah menyatakan menjadi satu, tapi pengkubuan itu ada. Itu akibat kampanye yang mengarah ke lawannya secara personal, timbulnya menjadi dendam politik dan dendam personal," beber dia.

Oleh karena itu, Toto mengharapkan persaingan dan arogansi politik yang terbawa hingga kini bisa segera diselesaikan dan sama-sama bertujuan untuk membangun bangsa, bukan saling arogan untuk balas dendam.

"Seharusnya usai Pilpres kita sama-sama membangun bangsa ini, bukan persaingan politik dan arogansi politik yang ditunjukkan," tandas Toto Sugiarto. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya