PDIP Ungkap Alasan Mega dan Jokowi Jarang Bertemu

Politisi PDIP Masinton Pasaribu membantah Presiden Jokowi disetir Ketua Umum PDIP Megawati.

oleh Sugeng Triono diperbarui 07 Feb 2015, 10:54 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2015, 10:54 WIB
Megawati dan Jokowi
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) berbincang dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kedua kanan) dan Istri Iriana (kanan) seusai menanam pohon salak di wilayah percontohan Konservasi Ciliwung, Condet, Jakarta, Minggu (10/11/2014). (Antara/M Agung Rajasa)

Liputan6.com, Jakarta - Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Masinton Pasaribu tidak membantah bahwa sejak menjabat sebagai kepala negara atau Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi jarang bertemu dengan Ketua Umum partainya, Megawati Soekarnoputri.

Menurutnya, hal ini disengaja dilakukan oleh Megawati lantaran putri Proklamator RI tersebut tidak mau dianggap sebagai pihak-pihak yang turut mengintervensi segala kebijakan yang diambil oleh Jokowi saat menjabat sebagai presiden.

"Bu Mega orang yang sangat paham betul. Selain pernah menjadi presiden, beliau juga anak presiden. Kalau Bu Mega terlalu dekat (Jokowi) dianggap mengatur-atur. Sekarang intensitas pertemuan jarang karena memberikan kesempatan Jokowi sebagai presiden," ujar Masinton Pasaribu saat diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (7/2/2015).

"Begini saja (jarang bertemu) Bu Mega masih dianggap setir-setir Jokowi," imbuh dia.

Masinton yang juga merupakan anggota Komisi III DPR pun tidak membantah bahwa saat ini ada upaya yang dilakukan pihak tertentu untuk memisahkan Jokowi dengan PDI Perjuangan serta Megawati selaku ketua umum.

"Memang ada upaya pemisahan itu. Apa targetnya? Ya memperlemah Jokowi sendiri. Dengan menyebar opini Jokowi disetir," katanya.

Tak hanya itu, Masinton juga menyebutkan selain menciptakan opini bahwa Jokowi disetir Mega, ada juga opini yang dibangun bahwa kapasitas mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut tidak layak sebagai kepala negara.

"Selalu dibangun Jokowi itu anak tiri. Salah itu, malahan dia kader utama, posisinya sangat terhormat, bukan kader biasa-biasa saja. Jadi diciptakan seakan-akan under-estimate kepada Jokowi. Diciptakan opini beliau di bawah tekanan politik Bu Mega dan PDI Perjuangan," pungkas Masinton Pasaribu. (Riz/Ein)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya