CSIS Prediksi Tak ada Aklamasi di Kongres PAN

Peneliti CSIS Philips J Vermonte memprediksi tidak ada aklamasi dalam pemilihan Ketua Umum PAN 2015-2020 pada Kongres IV PAN di Bali.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 26 Feb 2015, 13:54 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2015, 13:54 WIB
Rakernas PAN Bahas Kongres Pemilihan Ketum
Ketua DPP PAN, Zulkifli Hasan (kiri) bersama Ketum PAN, Hatta Rajasa dan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN Amien Rais sebelum mengelar Rakernas PAN, Jakarta, Rabu (7/1/2015). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti CSIS Philips J Vermonte memprediksi tidak ada aklamasi dalam pemilihan Ketua Umum PAN 2015-2020 pada Kongres IV PAN di Bali 28 Februari-2 Maret 2015. Alasannya, 2 calon kandidat Ketua Umum PAN bersaing ketat memperebutkan kursi ketua umum.

"Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan akan berkompetisi ketat. Ini akan jadi pembelajaran bagi partai politik lain, karena jauh dari tren aklamasi yang membodohi," kata Philips di Kantor CSIS-Cyrus Network, Jakarta, Kamis (26/2/2015).

‎Selain menilai tak akan ada aklamasi, Philips juga memprediksi PAN tidak akan menghadapi perpecahan partai seperti PPP atau Golkar. PAN dianggap mampu jadi model partai politik yang bisa bertahan setelah melewati fase pergantian kepemimpinan partai.

"Sejarah PAN setelah pemilihan tidak akan pecah, partai lain cenderung pecah. Kalau saya kira setelah kongres, PAN akan baik-baik saja. Demokrasi internal partai itu biasa dan bisa jadi model partai lain bahwa karir politik itu bisa jadi ketua partai atau presiden. Kalau partai lain kan maksimal kader jadi Sekjen, tidak di PAN," papar dia.

Dari sensus yang dilakukan CSIS-Cyrus Network, dukungan terkuat sementara dalam Kongres PAN 28 Februari sampai 2 Maret mendatang adalah incumbent Hatta Rajasa dengan dukungan 42,77 persen, sementara Zulkifli Hasan 38,64 persen.

Dukungan sementara merupakan hasil wawancara tatap muka terhadap 28 Ketua DPW PAN dan 484 Ketua DPW PAN se-Indonesia. Sensus ini berlangsung serentak pada 16-19 Februari 2015, dengan melibatkan 500 peneliti. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya