Liputan6.com, Jayapura - Jembatan Daunda di Vanimo, Papua Nugini rusak berat. Padahal jembatan itu adalah satu-satunya penghubung negara itu dengan kawasan Papua, Indonesia. Akibatnya warga yang biasa beraktivitas lintas batas kedua negara terganggu kesehariannya.
Juru bicara Konsulat RI di Vanimo, Allen Simarmata menuturkan, jembatan tersebut terletak sekitar 2 kilometer dari arah konsulat. Dan sejak Februari 2015 lalu, jembatan yang terbuat dari kayu balok itu putus akibat terjangan air bah dan banjir yang melanda daerah tersebut.
"Jembatan tersebut biasa dilewati oleh mobil dan kendaraan lainnya. Untuk menunjang mobilitas warga setempat, seorang tokoh agama Indonesia yang bertugas di Paroki Lido membuat jembatan darurat, salah satunya agar sepeda motor masih bisa melintasi di jembatan itu," tutur Allen di Jayapura, Papua, Minggu (29/3/2015).
Baca Juga
Namun pada Sabtu malam 28 Maret 2015, orang yang tengah mabuk merusak jembatan darurat tersebut.
Allen mengatakan, Jembatan Daunda dekat dengan lokasi pasar perbatasan kedua negara. Biasanya warga 2 negara akan bertransaksi di pasar itu setiap Selasa dan Kamis.
"Warga tetap melakukan aktivitas jual-beli di pasar. Namun dengan rusaknya jembatan itu, masyarakat harus mengeluarkan uang ekstra untuk menyambung kendaraannya di seberang jembatan itu," kata dia.
"Masyarakat yang naik mobil dari Vanimo, harus turun jalan kaki menyusuri papan kayu di atas jembatan yang ambruk dan warga menyambung mobil untuk meneruskan ke arah pasar di perbatasan (Papua Nugini-RI). Besaran uang ekstra yang dikeluarkan sekitar 4 kina atau sekitar Rp 16 ribu per orangnya," pungkas Allen. (Ndy/Ans)
Advertisement