Liputan6.com, Palembang - Puluhan ribu kilometer dari Yaman, para santri Pondok Pesantren Ariyadh, Palembang, Sumatera Selatan, tak henti berdoa agar Yaman kembali damai. Dengan begitu 23 santri kakak kelas mereka yang mendapat beasiswa di Yaman bisa menyelesaikan studi dengan tenang tanpa gangguan apa pun. Termasuk evakuasi oleh pemerintah.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (8/4/2015), meski dimaksudkan untuk menyelamatkan WNI dari Yaman, evakuasi memang merisaukan keluarga santri dan guru yang mengirimkan mereka ke Yaman. Pasalnya banyak di antara mereka tinggal menunggu ujian akhir.
Baca Juga
Bila keluar dari Yaman, mereka bisa dikenai sanksi wajib belajar dari awal saat kembali ke negera itu. Belum lagi soal biaya.
Advertisement
"Kalau masalah dia pulang, mau berangkat lagi takut nggak ada biaya. Kesempatan ini kita mengimbau pemerintah, kalau mengevakuasi mereka ke negeri kita mohon dikembalikan lagi biar mereka bisa melanjutkan," ujar Hamid Alhabsy, pengasuh Ponpes Ar Riyadh Palembang.
Sementara itu di Padang, Sumatera Barat, Edi Asman berharap agar pemerintah segera mengevakuasi anaknya, Asyam Haviz, yang kuliah di Universitas Albaihan, Yaman. Asyam Haviz adalah satu dari 25 mahasiswa asal Sumatera Barat yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Yaman untuk belajar di negara itu.
Meski masih bisa berkomunikasi dengan Asyam, Edi tetap khawatir akan keselamatan putranya itu.
"Harapan kami, sehubungan anak ini memang berkeinginan untuk kuliah di Timur Tengah, jangan sampai terputus. Jadi kalau bisa, jika sudah aman nanti, tolong dikembalikan anak kita ke Yaman," harap Edi Asman.
Jumlah WNI di Yaman sekitar 4.500 orang. Sejauh ini baru 700 WNI di Yaman yang sudah tiba di tanah air. Sebagian lainnya sudah keluar dari Yaman, tapi belum sampai di Indonesia.
Kemenlu mendata, saat ini 89 WNI masih terjebak di Kota Aden, Yaman yang sebagian besar wilayahnya sudah dikuasai pemberontak Houthi. (Dan/Yus)