Liputan6.com, Jakarta - Sunan Drajat, salah satu anggota Walisongo, memiliki peran yang besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Nama aslinya adalah Raden Kasim, putra Sunan Ampel, dan cucu Prabu Kertabumi. Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur, sekitar akhir tahun 1470 dan wafat di Lamongan pada 1568 M.
Dikenal sebagai penyebar Islam yang santun dan bijaksana, Sunan Drajat memiliki metode dakwah yang mengedepankan harmoni antara ajaran Islam dan budaya Jawa. Pendekatan ini menjadikan ajaran Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat.
Advertisement
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @ahmadmunif1401, Sunan Drajat tidak hanya menyampaikan nilai-nilai Islam tetapi juga membangun pondok pesantren yang menjadi pusat pendidikan agama di wilayah Lamongan. Pesantren ini hingga kini dikenal sebagai Pondok Pesantren Drajat, sebuah bukti nyata dari warisan keilmuan yang beliau tinggalkan.
Advertisement
Sunan Drajat juga dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan tradisi keilmuan Islam dan spiritualitas. Selain itu, ia menulis beberapa kitab agama dan sastra yang menjadi referensi penting dalam pengembangan Islam di Jawa.
Riwayat hidupnya mencakup berbagai aspek yang menarik. Sebagai putra dari Sunan Ampel, ia mendapatkan pendidikan agama yang kuat sejak kecil. Ia menikah dengan Dewi Sari, putri Sunan Bonang, yang juga anggota Walisongo, menjadikan keluarganya salah satu pilar penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Salah satu karakteristik utama dari dakwah Sunan Drajat adalah penekanan pada pentingnya ilmu pengetahuan dan kesabaran. Ia mengajarkan konsep moderasi atau tawasud yang mengajarkan keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Pendekatan Seni dan Sastra dalam Berdakwah
Masjid Sunan Drajat yang ia bangun di Lamongan menjadi salah satu simbol kekuatan Islam di Jawa. Masjid ini hingga kini tetap berdiri kokoh dan menjadi tempat ibadah sekaligus pusat kegiatan masyarakat.
Sunan Drajat juga memperkenalkan konsep keharmonisan antara Islam dan budaya Jawa. Misalnya, ia sering menggunakan pendekatan seni dan sastra dalam menyampaikan ajarannya. Ini mencerminkan metode dakwahnya yang santun dan inklusif.
Warisan Sunan Drajat tidak hanya berupa pesantren dan masjid, tetapi juga nilai-nilai ajaran Islam yang menekankan pada kasih sayang, kesabaran, dan persatuan. Ia menginspirasi banyak generasi berikutnya untuk terus menyebarkan Islam dengan cara yang damai.
Buku Sejarah Wali Songo karya Dr. Hari Suparto mencatat kontribusi besar Sunan Drajat dalam menyebarkan Islam, khususnya di Jawa Timur. Penulis menyebutkan bahwa pendekatan moderasi yang dilakukan oleh Sunan Drajat sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat itu.
Selain itu, karya Walisongo Pembawa Islam di Jawa oleh Dr. Har M. Rustam juga menyoroti peran penting Sunan Drajat dalam memperkuat tradisi keilmuan di Lamongan. Pendekatan edukasi ini membuat ajaran Islam lebih diterima secara luas.
Kitab-kitab agama dan sastra yang ditulis oleh Sunan Drajat menjadi salah satu sumber inspirasi penting dalam tradisi intelektual Islam di Indonesia. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Maulid Sunan Drajat, yang ditulis oleh KH Muhammad, seorang ulama besar.
Dalam kitab tersebut, KH Muhammad menggambarkan bagaimana Sunan Drajat menggunakan pendekatan yang lembut dalam berdakwah. Ia juga menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara ajaran Islam dan kearifan lokal.
Â
Advertisement
Warisan Sunan Drajat
Pondok Pesantren Drajat, yang didirikan oleh Sunan Drajat, hingga kini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama dan tokoh masyarakat. Pesantren ini juga menjadi saksi bisu bagaimana ajaran Islam ditanamkan secara mendalam kepada para santri.
Selain itu, masjid yang dibangun oleh Sunan Drajat menjadi pusat kegiatan keagamaan di wilayah Lamongan. Masjid ini tidak hanya digunakan untuk beribadah, tetapi juga sebagai tempat musyawarah dan pendidikan agama.
Keberadaan masjid dan pesantren ini menunjukkan bahwa dakwah Sunan Drajat tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga pada pengembangan sosial dan intelektual masyarakat.
Sebagai anggota Walisongo, Sunan Drajat memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan Islam di Jawa. Pendekatan moderatnya menjadi contoh bagaimana Islam dapat hidup berdampingan dengan budaya lokal.
Warisan Sunan Drajat masih terasa hingga kini, baik dalam bentuk fisik seperti masjid dan pesantren maupun dalam bentuk ajaran-ajaran yang terus dipraktikkan oleh umat Islam.
Kontribusi Sunan Drajat tidak hanya dikenang di Lamongan, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Jejak dakwahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menyebarkan Islam dengan cara yang damai dan inklusif.
Dalam konteks modern, ajaran Sunan Drajat tentang moderasi dan keharmonisan tetap relevan. Ini menjadi pengingat bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Sebagai tokoh besar dalam sejarah Islam di Indonesia, Sunan Drajat menunjukkan bagaimana dakwah dapat dilakukan dengan cara yang santun dan bijaksana. Semangatnya untuk menyebarkan kebaikan terus hidup dalam hati masyarakat hingga kini.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul