Pengamat: Dramatisasi UN Picu Perayaan Seperti Pesta Bikini

"Paling mudah UN diberhentikan. Maksudnya agar tidak ada ketegangan dan kegelisahan," kata pengamat pendidikan Mohammad Abduhzen.

oleh Audrey Santoso diperbarui 25 Apr 2015, 12:23 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2015, 12:23 WIB
Undang Kontroversi, Penyelenggara Batalkan Pesta Bikini Usai UN
Dikecam pemerintah, KPAI dan pihak sekolah, event organizer Pesta Bikini membatalkan acara itu dan meminta maaf kepada semua pihak.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen mengatakan Pemerintah harus mengubah sistem berpikir siswa-siswa terhadap Ujian Nasional (UN), sehingga mereka tak lagi merasa UN sebagai tekanan dan ketakutan tersendiri. Selama ini siswa beranggapan lulus ujian adalah hal yang sakral dan harus dirayakan. Padahal kelulusan adalah wajar, sebagai akhir dari proses pembelajaran.

Hal itu pula yang menurut analisa Abduhzen, menimbulkan pesta-pesta kalangan remaja SMA yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Seperti acara 'Splash Of Class', pesta lepas UAN yang batal akibat dikecam masyarakat luas, karena penyelenggara mencantumkan dress code bikini kepada pesertanya.

"Paling mudah UN diberhentikan agar tidak ada ketegangan dan kegelisahan. Pemerintah harus mengubah pola pikir masyarakat dengan menjadikan kelulusan itu hal biasa saja. Orang kita ini kan menjadikan UN sesuatu yang sakral dan didramatisasi, pakai dijaga polisi segala. UN itu kan inheren (berhubungan erat) dalam proses pembelajaran," jelas Abduhzen kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (25/4/2015).

Menurut dia, hal seperti ini bijak untuk dijadikan pelajaran agar sekolah lebih pro-aktif mengawasi aktivitas-aktivitas murid yang mengatasnamakan sekolah di luar jam belajar. Juga kepada Divine Production selaku EO, agar memikirkan sisi moralitas dan edukasi sebelum membuat acara semacam itu.

"Pihak sekolah harus dipelajari secara detil isi acara seperti itu jika mengatasnamakan sekolah. Dari sisi penyelenggaranya,  harus memikirkan aspek moralitas aspek pengajaran karena pesertanya remaja," tambah dia.

Lanjut Abduhzen, perusahaan yang menjadi sponsor utama acara tersebut sengaja menyasar murid SMA untuk mengambil keuntungan, agar banyak tamu lawan jenis yang datang karena diiming-imingi pemandangan wanita-wanita muda berbikini. Ia menganjurkan pemerintah agar membuat peraturan terkait agar kejadian serupa tak terulang.

"Tamatan SMA itu kan anak yang dari tampilan fisik terlihat segar. Sehingga sangat bagus dari sisi promosi, akan menarik perhatian masyarakat yang suka pesta-pora. Pemerintah harus membuat regulasi yang jelas jika ternyata ada kepentingan bisnis yang bisa merugikan murid-murid dan sekolah," demikian Abduhzen. (Han/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya