Star Energy: Korban Longsor Pangalengan Bukan Karena Ledakan Pipa

Luncuran longsor membuat 3 pipa utama panas bumi terpotong, sehingga mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar.

oleh Anri Syaiful diperbarui 05 Mei 2015, 21:30 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2015, 21:30 WIB
longsor
Ilustrasi longsor

Liputan6.com, Bandung - Longsor di Kampung Cibitung, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, turut menerjang jaringan pipa panas bumi milik perusahaan energi Star Energy Geothermal. Luncuran longsor pun membuat 3 pipa utama panas bumi terpotong, sehingga mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar.

"Saat tanah longsor terjadi, pipa seperti digunting dan langsung mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar, sehingga terdengar seperti bunyi ledakan. Tekanan begitu tinggi," kata Presiden Direktur Star Energy Geothermal Rudy Suparman saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/5/2015) malam.

Longsor tersebut mengakibatkan 1 warga meninggal dan beberapa lainnya cedera. Namun, para korban tidak terluka karena semburan uap panas milik Star Energy yang meledak.

"Dari 10 korban yang salah satunya meninggal, tidak ada yang terluka bakar," imbuh Rudy.

Perusahaan Star Energy turut mengalami kerugian akibat longsor tersebut. Namun menurut Rudy, pihaknya tetap berkomitmen membantu para korban. Termasuk memfasilitasi dan membantu upaya evakuasi warga korban longsor tersebut.

Sebelumnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, 1 orang tewas, 4 orang luka berat, dan 4 orang luka ringan akibat longsor di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Sedangkan 14 warga masih tertimbun longsoran yang terjadi Selasa siang tadi.

Sutopo menjelaskan, BPBD Kabupaten Bandung sudah memperingatkan kepada warga adanya retakan di perbukitan akibat hujan deras pada 4 hari lalu. Namun, nahas longsor pun terjadi.

"Material longsor meluncur menghantam pipa panas bumi Star Energy Geothermal dan menimbulkan ledakan, kemudian material longsor menimbun rumah penduduk dan perkebunan," tutur Sutopo. (Ans/Mvi)


 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya