Pengamat: Jokowi Masih Perlu Juru Bicara

"Daripada ketika Jokowi tidak tahu, hanya ketawa saja," kata pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia Agus Pambagio.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 10 Mei 2015, 14:45 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2015, 14:45 WIB
Kunjungan Jokowi
Presiden Jokowi saat kunjungan ke Jayapura, Papua, Sabtu (9/5/2015) . (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi lagi-lagi dinilai perlu memiliki juru bicara. Penunjukkan juru bicara dinilai perlu agar sang Presiden memiliki waktu berpikir sebelum mengeluarkan pernyataan.

"Perlu ada juru bicara untuk jadi bumper, jadi tameng. Daripada ketika Jokowi tidak tahu, hanya tertawa," kata pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia (UI) Agus Pambagio di Jakarta, Minggu (10/5/2015).

Menurut Agus, keberadaan juru bicara tidak akan menghalangi komunikasi Jokowi dengan masyarakat. Bila ada hal-hal yang dirasa perlu, sambung dia, maka Jokowi bisa memberikan pernyataannya secara langsung tanpa melalui juru bicara.

"Tidak akan menghalangi masyarakat. Ini tidak jadi pembatas Jokowi dengan rakyat, ketika dirasa perlu, dia bisa langsung bicara," tutur dia.

"Karena bahaya kalau Jokowi salah bicara. Dia adalah presiden dan apa yang diucapkan itu putusan," imbuh Agus.

Sementara beberapa waktu lalu ‎Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengutarakan pandangannya jika Presiden Jokowi tidak memerlukan juru bicara. Mengapa?

"Saya sebagai Mendagri tidak sependapat kalau Presiden mempertimbangkan harus ada juru bicara. Enggak usah. Juru bicara yang baik adalah Bapak Presiden, juru bicara yang baik adalah Bapak Wakil Presiden," ujar Tjahjo di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa 21 April lalu.

"Bisa di-back up oleh Seskab, oleh Sesneg. Ada beberapa opini perlu jubir, saya rasa enggak perlu." (Ndy/Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya