Cara Menteri Yohana Cegah Terulangnya Tragedi Angeline

Tragisnya hidup bocah malang Angeline menyayat siapa saja yang mendengar kisahnya.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 12 Jun 2015, 17:05 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2015, 17:05 WIB
Menteri PPPA
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise

Liputan6.com, Tangerang - Tragisnya hidup bocah malang Angeline menyayat siapa saja yang mendengar kisahnya. Hal ini juga membuat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise makin waspada dengan tingginya potensi kekerasan yang dialami anak.

Menurut dia, institusi kampus melalui program Tri Dharma Perguruan Tinggi diharapkan bisa menjadi penyaring awal indikasi kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia. Dalam hal ini, mahasiswalah yang harus berperan aktif. Program semacam pengabdian masyarakat yang biasa digelar mahasiswa bisa difungsikan sekalian untuk memantau kondisi anak-anak di lapangan.
 
"Mereka nanti dibuat esai sambil mendampingi keluarga dan sembari mendeteksi apakah ada kekerasan di desa-desa," tutur Yohana usai menghadiri Forum Kempemimpinan Perempuan USAID di Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (12/6/2015).
 
Dia mengatakan, pengentasan kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Lembaga pendidikan tinggi juga memiliki peran penting di dalamnya.
 
Sebab itu, Yohana menginginkan perguruan tinggi menggiatkan lagi kajian-kajian soal perempuan dan anak. Sementara pemerintah, dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), perlu menyokong melalui penyaluran dana hibah.

Lalu bagaimana dengan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak?
 
"Saya tinggal bangun jejaring dengan pemerintah daerah, pusat pelayanan terpadu se-Indonesia, komisi perlindungan, dan LSM untuk buat program yang bisa dilaksanakan sampai ke tingkat desa," pungkas Yohana.

Nasib tragis menimpa Angeline. 16 Mei 2015, 3 hari menjelang ulang tahunnya yang ke-9, dia menghilang. Dan 3 pekan kemudian ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di halaman belakang kediaman ibu angkatnya, Margriet Megawe di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Sanur, Bali.

Sebuah boneka dalam pelukan, kain kemben merah motif bunga, serta seutas tali ditemukan bersama jenazah Angeline yang dibungkus seprai putih pada Rabu 10 Juni 2015.

Hingga kini polisi baru menetapkan 1 tersangka yakni Agus (25) yang merupakan pekerja rumah tangga di rumah sang ibu angkat Angeline, Margriet Megawe. (Ndy/Mut)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya