Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Ekonomi Inklusif Biru Hijau Indonesia (YEIBHI) dan Global Edukasi Talenta Incubator (GETI) berkolaborasi mencetak generasi muda Indonesia yang memiliki kompetensi hijau untuk memasuki era baru dunia dengan fokus pada revolusi menuju Green Economy.
Yaitu sebuah tatanan ekonomi yang tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial yang berkelanjutan.
Kolaborasi YEIBHI dan GETI dituangkan melalui peluncuran perdana pelatihan bertajuk 'Optimalisasi Kompetensi Hijau secara Berkelanjutan' dalam kegiatan Green Economy Expo.
Advertisement
Tema yang diangkat 'Advancing Technology, Innovation, and Circularity' dan diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kementerian PPN/Bappenas mulai hari ini, Rabu (3/7/2024) sampai Jumat 5 Juli 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).
Sebelumnya, YEIBHI dan GETI telah banyak bekerjasama mendampingi generasi muda Indonesia untuk beraksi nyata dalam advokasi, kolaborasi dan kemitraan pengembangan aneka produk sirkular yang ramah lingkungan seperti berbahan biokomposit, hasil daur ulang, pengolahan-pemanfaatan limbah dan pemanfaatan nilai ekonomi keragaman hayati melalui usaha budidaya tanaman hias.
"Kompetensi hijau adalah serangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dimiliki generasi muda dalam menghadapi krisis iklim global sehingga kesejahteraan ekonomi, fungsi sosial dan lingkungan tetap dapat berkelanjutan," ujar Direktur Eksekutif YEIBHI Sunny WH Reetz, melalui keterangan tertulis, Rabu (3/7/2024).
Dia menjelaskan, beberapa kompetensi hijau yang perlu dimiliki angkatan kerja muda dalam menghadapi krisis global di antaranya pemahaman holistik tentang perubahan iklim global dan keberlanjutan, aplikasi pendekatan integrasi 'BLUE dan GREEN Economy', kepemilikan atribut green yaitu skills, abilities, attitudes, behavior dan awareness, juga kemampuan komunikasi dan manajemen keberlanjutan.
"Tidak kalah penting juga bagi angkatan kerja muda untuk dapat aktif mengadopsi gaya hidup berkelanjutan dan menjadi agen perubahan (agent of change)," tambah Sunny.
Bangun Generasi Muda dengan Kompetensi Hijau
Direktur Business Development GETI Divera Wicaksono menambahkan, titik berat kolaborasi YEIBHI dan GETI untuk generasi muda dengan kompetensi hijau merujuk pada fenomena bonus demografi Indonesia, di mana, antara tahun 2020-2035 diperkirakan hampir seperempat penduduk Indonesia atau 64,16 juta jiwa penduduk adalah pemuda.
Menurut dia, dapat dipastikan, tulang punggung era green economy adalah generasi muda yang saat ini banyak tersebar sudah menjadi pemimpin dalam lembaga pemerintahan, perusahaan swasta atau kalangan start-up bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di seluruh Indonesia dan dunia.
"Untuk melakukan akselerasi lahirnya pemimpin muda dengan kompetensi hijau, perlu didukung dengan format pelatihan dan sarana infrastruktur kelas pelatihan berbasis digital sehingga menjadi lebih menarik dan mampu menjangkau banyak peserta untuk belajar dimana dan kapan saja," kata Divera.
Lalu, dia menjelaskan, pelatihan 'Optimalisasi Kompetensi Hijau secara Berkelanjutan' juga mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
"Sehingga kualitas lulusan pelatihan memiliki tolak ukur yang diakui secara nasional dan internasional terkait pengunaan berbagai instrumen selaras perubahan iklim global," tambah Divera.
Advertisement
Hadirkan Produk Inovatif Ramah Lingkungan
Lalu, Guru Besar dalam bidang Biokomposit Fakultas Kehutanan IPB Dede Hermawan menyebut, dalam booth Green Economy Expo 2024, YEIBHI dan GETI juga menghadirkan aneka produk inovatif yang ramah lingkungan dan salah satunya berbahan dasar biokomposit.
"Produk biokomposit adalah material yang dibuat dari kombinasi biomassa dan polimer, yang memiliki sifat ramah lingkungan dan dapat didaur ulang," ucap dia.
"Di era krisis global dan menuju ekonomi yang lebih hijau, biokomposit memiliki prospek menjanjikan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, menurunkan emisi karbon, dan mengurangi limbah plastik," sambung Dede.
Khususnya, lanjut dia, produk sirkular Wood pellet yang terbuat dari limbah industri perkayuan dapat menjadi sumber energi baru terbarukan masa depan, serta berpotensi sebagai bahan baku pembangkit listrik pengganti batu bara.
"Energi yang dihasilkan Wood pellet sekitar 4.200 kkal/kg atau setara 17,57 MJ, dimana hampir mendekati kalori rataan batu bara yang sebesar 20-25 MJ/kg. Pengembangan produk biokomposit juga dapat membuka peluang bisnis baru yang berkelanjutan," tambah Dede.
Pentingnya Dukungan Berbagai Pihak
Dede memaparkan, produk sirkular inovatif lainnya yang ada dalam booth YEIBHI dan GETI antara lain dari drum bekas drum bujana, produk olahan drum bekas, Tri Kreasi Menik, produk olahan limbah kertas, Hexagon Jewelry, produk perhiasan plastik olahan limbah sisa kemasan kosmetik, serta Bina Tropicals, eksportir tanaman hias.
"Seperti diketahui bersama, krisis global dan perubahan iklim terjadi belakangan ini telah memberikan dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan seperti ketersediaan air bersih, energi, pengaruh ke sektor pertanian, perikanan, kehutanan, degradasi lingkungan hingga mengancam keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia," terang dia.
"Oleh karena itu, sangat penting dukungan berbagai pihak terutama generasi muda untuk mencari solusi mengatasi krisis ini dan membangun masa depan yang lebih baik," tandas Dede.
Sebagai upaya memberikan solusi krisis global dan perubahan iklim, YEIBHI dan GETI juga menggelar serangkaian e-talkshow yang dapat disaksikan melalui GETI Media, saluran media Youtube Channel khusus untuk kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Advertisement