SBY di Tokyo Conference 2025: Soroti Krisis Multilateralisme dan Serukan Dunia Kembali pada Semangat Kerja Sama

Mengutip pepatah Afrika, SBY mengingatkan, "Jika ingin cepat, pergilah sendiri. Jika ingin jauh, pergilah bersama-sama. Jadi, marilah kita pergi jauh, bersama-sama."

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 04 Mar 2025, 17:59 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 17:59 WIB
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Tokyo Conference 2025, Selasa (4/3/2025).
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Tokyo Conference 2025, Selasa (4/3/2025). (Dok. Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Tokyo - Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggarisbawahi keprihatinannya terhadap krisis multilateralisme dalam pidato kunci di Tokyo Conference 2025 pada Selasa (4/3).

"Multilateralisme saat ini sedang dalam krisis. Benar bahwa tidak ada lagi Perang Dunia sejak 1945. Tapi, kini lihat di Ukraina, Gaza, Kongo dan Sudan, dan yang lebih dekat, perang sipil di Myanmar," ujar SBY di depan ratusan peserta dari berbagai negara.

Dalam kesempatan yang sama, SBY menggambarkan dunia yang semakin terpecah belah.

"Amerika Serikat, negara yang membantu menciptakan PBB, sekarang mundur dari sejumlah perjanjian multilateral. Persaingan geopolitik menghambat kerja sama kawasan dan multilateral. Ke-aku-an (me-ism) dan bukannya ke-kita-an (we-ism) berkembang cepat. Dewan Keamanan PBB lumpuh, gagal menghentikan genosida di Gaza maupun perang di Ukraina. Ada persepsi kuat tentang standar ganda dalam penerapan hukum dan norma internasional," tegas SBY.

"Dalam perspektif saya, PBB adalah gabungan dari kegagalan, tercermin dari berbagai perang yang masih berlanjut saat ini, dan keberhasilan, dengan munculnya negara-negara merdeka dari bayang-bayang kolonialisme dan konflik yang dipecahkan PBB."

Tidak sekadar menyoroti krisis multilateralisme, SBY pun menawarkan sejumlah hal konkret sebagai solusi.

"Kita harus memperkuat PBB, sebagai perwujudan multilateralisme global; mengatasi kelumpuhan Dewan Keamanan PBB dengan melepaskannya dari cengkeraman veto dari lima negara; memberdayakan Majelis Umum PBB; meningkatkan operasi penjaga perdamaian; serta menciptakan sistem pendanaan yang stabil, sehingga tidak ada lagi negara adidaya yang bisa mengintimidasi PBB dengan mengancam membekukan pendanaannya," ujar SBY.

SBY menekankan bahwa reformasi PBB hanya dapat dilakukan jika ada kekompakan dari sebagian besar anggotanya, yang memang sesuai namanya, yaitu persatuan bangsa-bangsa.

"Bukan sekelompok bangsa yang terbelah antara yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan miskin. Tanpa persatuan, negara-negara tidak dapat saling bekerja bersama. Jika mereka tidak dapat saling bekerja bersama maka multilateralisme menjadi tidak berarti," tegas SBY.

Promosi 1

Seruan SBY

Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Tokyo Conference 2025, Selasa (4/3/2025).
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Tokyo Conference 2025, Selasa (4/3/2025). (Dok. Istimewa)... Selengkapnya

Berbicara berdasarkan pengalamannya sendiri dalam forum-forum global, SBY menjelaskan bagaimana dia pernah merasakan semangat kerja sama dalam mengatasi krisis keuangan global 2008, negosiasi perubahan iklim, dan adopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Menutup pidatonya pada Tokyo Conference 2025, SBY menyampaikan seruan pada dunia.

"Untuk menghindari bencana iklim, untuk menghindari perang dunia besar lainnya, untuk mencegah lebih banyak penderitaan manusia, mari kita kembali ke jalur kerja sama, kemitraan, dan kolaborasi. Tak ada negara yang bisa mengatasi problem global sendirian. Tidak ada negara yang bisa merasa aman dengan membuat negara-negara lain merasa tidak aman," ungkap SBY.

Dalam forum internasional ini, SBY diundang untuk menyampaikan pidato kunci dan kemudian juga menjadi panelis diskusi.

Tokyo Conference mulai diselenggarakan pada 2017 melalui kerja sama dengan 10 lembaga terkemuka. Konferensi ini bertujuan menjadi platform tingkat tinggi untuk mendorong kerja sama multilateral, menghasilkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan global, dan memajukan perdamaian internasional.

Tema utama konferensi tahun ini adalah "Kerja Sama Internasional dan Pemulihan Perdamaian pada Peringatan 80 tahun Berdirinya PBB".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya