Liputan6.com, Jakarta - Landak Jawa atau dalam bahasa latinnya hystric javanica sudah bertahun-tahun menjadi menu masakan dan cukup digemari para penikmatnya. Tak hanya itu, landak juga terus diburu karena mitos kesehatan, hingga dianggap sebagai hama bagi sebagian petani.
Padahal satwa ini termasuk yang dilindungi oleh undang-undang. Walau status populasinya masih dibilang aman, namun bukan tidak mungkin landak Jawa akan musnah dari habitatnya.
Kawasan wisata Tawangmangu, Solo, Jawa Tengah. Udara sejuk dan nyaman menjadi ciri khas kawasan yang terletak di lereng barat Gunung Lawu ini. Tempat ini juga punya ciri khas lain yakni wisata kuliner.
Menunya lain dari yang lain. Cukup ekstrem. Berbahan dasar satwa liar mulai dari reptil hingga mamalia. Bertahun-tahun kuliner tersebut menjadi andalan kawasan ini.
Salah satu yang favorit adalah mamalia berduri alias landak Jawa. Daging landak diolah dengan kreasi bumbu mulai dari sate, tongseng, ataupun rica-rica.
Bagi sebagian orang, daging landak dipercaya berkhasiat mengobati berbagai penyakit. Cukup banyak pula pengunjung luar kota yang ingin berkesperimen mencicipi kelezatan dan khasiat daging mamalia liar berduri ini.
Kelezatan kuliner unik ini membuat permintaan akan suplai daging landak menjadi tinggi. Tapi, tak banyak yang paham bahwa landak Jawa termasuk satwa liar yang dilindungi sesuai Undang-undang Perlindungan Satwa No 5 Tahun 1990.
Tim Sigi Investigasi pun bertanya-tanya bagaimana daging landak itu diperoleh. Tak jauh dari rumah makan itu, kami temukan beberapa ekor landak Jawa di kandang.
Bahkan ada yang masih terlihat bayi, entah darimana mereka mendapatkannya. Landak-landak liar ini menunggu nasib dijadikan santapan manusia. Kami pun mencari informasi dari rumah makan landak yang lain.
Sempat meluncur pengakuan, landak-landak yang dikonsumsi adalah murni hasil ternakan. Namun fakta berbeda yang kami temukan.
Mitos tentang khasiat daging landak dan juga tentang benda yang disebut-sebut mustika dalam tubuh landak lah yang juga turut mendorong perburuan landak Jawa besar-besaran.
Di sebuah tempat mirip selokan, terlihat seekor landak Jawa disembunyikan penjual hewan liar. Kami coba menebusnya. Perlu ekstra usaha untuk mendapatkan mamalia berduri ini.
Kami coba mencari penjual berikutnya. Yang ini cukup kawakan. 2 Ekor landak Jawa siap dilego. Dan benar, kami berhasil membelinya.
Sementara di daerah lain, seorang mantan pemburu bersedia menunjukkan cara menangkap landak Jawa di habitatnya. Berbekal perangkap dan seekor anjing, mereka menuju bukit bambu.
Hutan pohon bambu menjadi salah satu habitat landak Jawa. Biasanya landak membuat sarang dengan menggali tanah hingga membentuk liang dan lorong di bawahnya.
Lubang diperiksa. Setelah lelah menunggu sekian jam akhirnya seekor landak tak sadar masuk perangkap. Ini pekerjaan yang cukup beresiko, mengeluarkan landak dari perangkap karena duri pertahanannya bisa membuat cedera.
Taman Nasional Gunung Ceremai adalah salah satu habitat dari landak Jawa. Sesuai dengan peraturan perlindungan satwa, perburuan liar dilarang keras dalam kawasan taman nasional ini. Tak terkecuali landak Jawa.
Landak Jawa adalah hewan endemik Indonesia. Binatang yang termasuk dalam golongan pengerat ini memiliki duri di tubuh bagian atas yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dari predator lain.
Populasinya di alam bebas mulai menurun meski belum masuk dalam daftar merah. Perburuan yang hingga saat ini masih berlangsung menjadi ancaman terbesar. Sanksi siap diberikan jika tertangkap tangan memburu hewan ini.
Ekosistem yang seimbang tentu menjadi sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup. Jika satwa seperti landak Jawa punah, sudah tentu menjadi musibah bagi ekosistem di dalamnya.
Perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk menjaga adalah senjata ampuh bagi keberlangsungan hidup landak jawa di habitatnya.
Bagaimana perburuan landak Jawa ini bisa dilakukan? Saksikan selengkapnya dalam video tayangan Sigi Investigasi SCTV, Sabtu (25/7/2015), di bawah ini. (Nda/Ali)
Advertisement