Heboh Pimpinan DPR RI di Kampanye Donald Trump

Kemunculan Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam rangkaian kampanye Donald Trump sontak menjadi perhatian publik.

oleh Tanti YulianingsihSilvanus AlvinElin Yunita KristantiAndreas Gerry TuwoGerardus Septian Kalis diperbarui 06 Sep 2015, 00:40 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2015, 00:40 WIB
20150903-Ketua DPR RI Hadiri Kampanye Donald Trump di New York
Ketua DPR RI Setya Novanto (kiri) bersama Donald Trump usai penandatanganan perjanjian dengan komite Nasional Partai Republik di New York, Kamis (3/9/2015). Trump menyebut Setya Novanto sebagai orang berpengaruh di Indonesia. (REUTERS/Lucas Jackson)

Liputan6.com, New York - Siang itu Donald John Trump, miliuner sekaligus bakal calon presiden terkuat Amerika Serikat dari Partai Republik, berpidato secara berapi-api di hadapan para pendukungnya.

Bertempat di kantornya, Trump Tower, New York City, konglomerat properti terkemuka Amerika itu sedang menggelar jumpa pers pada Kamis 3 September 2015 terkait dukungan terhadap partainya menjelang Pemilihan Presiden AS 2016.

Peristiwa tersebut direkam kamera. Dan, terlihatlah sosok yang familiar bagi rakyat Indonesia.

Usai menyampaikan pidato, Trump berjalan menjauh dari podium. Namun, pria yang namanya kian melambung setelah terjun sebagai bintang televisi melalui program reality show The Apprentice itu kembali ke mikrofon dengan seorang pria di sisinya. Ia memperkenalkan tamu spesial hari itu, yang berdiri di belakangnya selama dirinya berpidato.

"Ini Ketua DPR Indonesia, dia di sini untuk menyaksikan saya. Setya Novanto, salah satu orang yang paling kuat dan berpengaruh," kata Trump seperti dikutip dari Business Insider, Jumat 4 September 2015.

"Dia dan seluruh rombongannya di sini untuk menyaksikan saya hari ini. Kami akan melakukan hal-hal besar untuk Amerika Serikat. Benar kan?" tanya Trump pada Setya Novanto.

Dan Ketua DPR RI itu menjawab,  "Ya." Ini video tersebut:

Trump pun punya pertanyaan lain untuk tamunya. "Apakah orang Indonesia menyukai saya?" tanya salah satu konglomerat tersohor Amerika yang kini berusia 69 tahun tersebut.

"Ya. Sangat," kata Novanto.

Setelah acara tersebut, Business Insider berbicara dengan salah satu dari anggota delegasi Indonesia yang datang untuk bertemu dengan Trump, Wakil Ketua DPR Fadli Zon.

Politikus Partai Gerindra itu lalu buka suara mengenai pandangan masyarakat Indonesia tentang sosok Donald Trump.

"Saya rasa kami menyukainya, karena dia juga berinvestasi di Indonesia. Dia memiliki beberapa proyek di Bali dan Jawa Barat. Trump adalah sahabat Indonesia," ucap Fadli.
Sementara itu, Fadli Zon melalui akun Twitter pribadinya @fadlizon juga mem-posting foto selfie bersama Donald Trump. 

Selain itu, postingan beberapa yang terkait Trump, lengkap dengan tanda tangan sang miliuner juga menjadi postingan Fadli Zon.

"Menurut saya, dia sangat terkenal dengan acaranya, dan tentu saja ketika membicarakan sosok seorang jutawan atau miliuner AS, yang akan muncul di pikiran orang-orang Indonesia pertama kali adalah Donald Trump," tambah Fadli.

Fadli Zon dan beberapa anggota delegasi membawa salah satu hadiah dari toko di Trump Tower. Namun ia tak tahu apa isinya, karena saat itu belum sempat dibuka.

Alasan Fadli Zon

Rombongan DPR RI bertemu dengan capres AS dari Partai Republik Donald Trump pada Kamis 3 September 2015. Dalam rombongan itu, ikut serta Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon.

Fadli Zon menyampaikan, pertemuan berlangsung pukul 13.00 siang waktu setempat, di Trump Plaza lantai 26, AS. Pertemuan itu bersifat informal.

Lantas, apa saja yang dibicarakan?

"Kami bicara tentang ekonomi dan investasi Trump di Indonesia. Tentu kita sangat hargai pengusaha yang mau investasi dalam situasi ekonomi seperti sekarang," kata Fadli, Jumat 4 September 2015.

"(Pertemuan DPR RI dengan Donald Trump) Tidak masuk acara resmi. Jadi spontan saja," tambah Wakil Ketua DPR RI tersebut.

Politikus Partai Gerindra itu menyampaikan, pertemuan berlangsung selama 30 menit. Setelah itu, rombongan DPR diajak menyaksikan konferensi pers yang dilakukan Trump.

"Jadi itu acara konferensi pers yang menjelaskan soal imigrasi dan lain-lain?. Di konferensi pers itu Trump memperkenalkan Ketua DPR. Itu improvisasi saja," tutur dia.

Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon berselfie dengan pendukung Donald Trump di Trump Tower, Manhattan , New York, Kamis (3/9/2015).  Fadli Zon hadir untuk menjadi salah satu anggota delegasi yang datang untuk bertemu dengan Trump. (REUTERS/Lucas Jackson)

Dalam konferensi pers tersebut, Fadli Zon juga sempat menjawab pertanyaan dari wartawan AS terkait maksud kedatangan rombongan DPR. Ia pun menjelaskan maksud kedatangan tidak ada hubungan dengan pemilu yang akan berlangsung di Negeri Paman Sam.

"Apa urusannya kita dengan Pilpres AS. Punya suara juga tidak? Saya jawab wartawan AS tadi ya itu terserah warga AS sendiri mau milih siapa. Bagi kami, kami senang pada Presiden AS yang mau berteman dengan Indonesia. Seperti Obama adalah teman Indonesia, juga Trump sekarang pun sebagai pengusaha adalah teman Indonesia," tandas Fadli Zon.

Kontroversi Donald Trump

Donald Trump kerap mengeluarkan pernyataan pedas selama kampanye. Ia pernah mengejek Senator John McCain, dengan menyebutnya, bukan pahlawan pada Sabtu 18 Juli 2015.

John McCain ditangkap setelah pesawatnya ditembak jatuh oleh Vietnam Utara pada tahun 1967. Dia mengalami retak di kedua lengan dan kaki dan hampir tenggelam saat parasut mendarat di sebuah danau.

Dia dipukuli, disiksa, dan diinterogasi, dan hingga hari ini tidak dapat mengangkat lengannya di atas kepalanya karena luka-lukanya tidak benar-benar sembuh.

Ketua DPR Setya Novanto dan Wakilnya Fadli Zon hadiri kampanye bakal calon presiden AS, Donald Trump. (Reuters)

Donald Trump juga melecehkan Megyn Kelly, salah satu pembawa acara di debat perdana partai Republik di stasiun televisi Fox. Juga mengusir wartawan senior terkenal keturunan Meksiko, Jorge Ramos.

Belum lagi, ungkapannya yang dianggap rasis. Kata Trump, AS menghadapi potensi marabahaya di perbatasan, dengan masuknya para pendatang ilegal.

Pernyataan pembawa acara The Apprentice itu memicu kontroversi, karena ia menyebut, Imigran dari Meksiko sebagai 'pemerkosa' dan 'penjahat'.

Dan, apa pendapatnya soal Obama? "Kalau Obama, dia adalah presiden yang tidak tahu apa-apa," ucap Trump.

Disorot Dunia

Kemunculan Ketua DPR RI Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam rangkaian kampanye Donald Trump menjadi perhatian publik. Tak hanya di Indonesia. Kemunculan 2 tokoh tersebut juga mendapat sorotan dari banyak media asing.

Begini latar belakangnya: Trump mengadakan konferensi pers di Trump Tower di Kota New York. Konglomerat real estate itu meneguhkan niatnya sebagai calon presiden dari Partai Republik.

"Jalan terbaik bagi Partai Republik adalah jika saya memenangkan nominasi dan bertarung langsung dengan siapa pun calon dari Demokrat," kata dia, seperti dikutip dari CBS News, Jumat 4 September 2015.

Trump menandatangani pernyataan bahwa ia tak akan maju sebagai calon pihak ketiga. Sejumlah pihak mengkhawatirkan, jika itu terjadi, pria eksentrik berumur 69 tahun itu justru akan memuluskan jalan bagi calon Demokrat untuk melenggang ke Gedung Putih.

Dalam konferensi persnya, Trump menyinggung saingannya dari Partai Republik, Jeb Bush. Ia juga berkomentar soal Kanye West yang baru-baru ini mendeklarasikan diri maju sebagai calon presiden pada 2020.

Dan, pada akhir konferensi persnya, Donald Trump memperkenalkan Ketua DPR RI, Setya Novanto. "Apakah orang Indonesia menyukai saya?" tanya dia pada politikus Golkar itu.

Ketua DPR Setya Novanto hadiri kampanye bakal calon presiden AS, Donald Trump. (Business Insider)

Aksi Trump memperkenalkan Setya Novanto menjadi sorotan media asing. "Di akhir konferensi pers, tanpa alasan jelas, Trump memperkenalkan Ketua DPR RI Setya Novanto," demikian ditulis situs CBS News.

Situs The Guardian juga memberitakan soal kejadian itu. "Dia berbalik dan merangkul seorang pria yang mengenakan jas hitam.

"Seperti yang Anda tahu, ini adalah Ketua DPR Indonesia," kata Trump, seperti ditulis Guardian. "Trump lantas memandang orang itu, yang maksud kehadirannya dalam acara itu tak jelas, dan bertanya: 'Apakah orang Indonesia menyukai saya?'"

Dan situs media berpengaruh AS, Washington Post menyebut perkenalan Setya Novanto oleh Donald Trump sebagai, 'And there was unexpected spectacle'. Sebuah kejadian tak terduga...

Komentar JK

Kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam kampanye capres AS Donald Trump mendapat tanggapan yang beragam di dalam negeri. Demikian juga Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"Mau belajar kampanye kali," ujar Wapres Jusuf Kalla di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat, Jakarta, Jumat 4 September 2015.

Pria yang kerap disapa JK ini juga tidak mau mempersoalkan kehadiran Setya Novanto dan Fadli Zon di tempat tersebut. Menurut dia, wajar jika politikus juga bergaul dengan politikus dengan negara lain, termasuk dari Amerika.

"Ya enggak apalah orang politik harus berkawan dengan orang politik kan. Ya nggak apa-apa," tandas JK.

Tanggapan Kemlu RI

Kedatangan Ketua DPR Setya Novanto ke kampanye Trump lantas menimbulkan sejumlah spekulasi. Termasuk soal keberadaannya di acara tersebut, yang dinilai sebagai bentuk dukungan resmi pemerintah Indonesia terhadap pencalonan pengusaha tersebut.

Spekulasi yang beredar itu, kemudian segera ditanggapi oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Menurut Juru Bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir, kehadiran Setya tidak merepresentasikan pemerintah.

"Mungkin sudah jelas ya anggota DPR bukan itu bukan bagian pemerintah. Itu kan parlemen, ini kan jelas yang berkunjung bukan pemerintah," ucap Arrmanatha di Gedung Kemlu, Jakarta, Jumat 4 September 2015.

Dia menjelaskan, Kemlu mengetahui lawatan Setya Novanto ke Negeri Paman Sam untuk menghadiri berbagai acara yang berhubungan pertemuan parlemen dunia.

"Yang kami ketahui memang ada kunjungan Ketua DPR di Amerika Serikat itu utamanya untuk 3 pertemuan. Terkait dengan kegiatan lain bisa ditanyakan ke DPR," pungkas pria yang karib disapa Tata itu.

Pertemuan Parlemen Sedunia

Sementara itu Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan kunjungan Setya Novanto ke AS dalam rangka pertemuan Parlemen Sedunia (Inter Parliamentary Union/IPU), serta melanjutkan kunjungan ke Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Kongres AS.

Memang ada rencana antara DPR Republik Indonesia dengan Kongres AS untuk bekerja sama dalam rangka meningkatkan kapasitas DPR.

"Kongres Amerika cukup surprise dengan perkembangan lembaga legislatif di Indonesia. Mereka menawarkan bentuk kerja sama diperluas, karena selama ini Amerika suka mengundang secara sepihak. Kalau bisa kita tidak hanya diundang tapi kami juga boleh menyusun program kerjasama yang lebih komprehensif. Misalnya kepada sistem pengelolaan arsip dan perpustakaan DPR," ujar Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat 4 September 2015.

Namun, spekulasi tentang pertemuan itu berkembang ke arah politik. Ketua DPR dituding lebih memihak kepada salah satu kandidat presiden AS.

Untuk menghilangkan spekulasi itu, Fahri akan menyampaikan ke Novanto agar delegasi DPR juga mengunjungi calon presiden yang lain.

"Saya akan coba sampaikan kepada Pak Nov supaya dia ke tempatnya Hillary atau Joe Biden supaya jangan dianggap partisan," tukas Fahri.

Dikecam PDIP

Fahri memang boleh berkata demikian. Namun, politikus PDIP Adian Napitupulu mengatakan, kewarganegaraan Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon layak dicabut. Sebab, Indonesia berhak mencabut warga negara rakyatnya bila membela kepentingan asing.

Setya Novanto berfoto bersama Donald Trump. (Social Media)

"Kalau ketua DPR berperang untuk kepentingan politik asing untuk kepentingan capres, itu harusnya warga negaranya bisa dicabut," tegas Adian di Jakarta, Sabtu 5 September 2015.

"Kalau ada orang lain berperang untuk kepentingan negara itu, dia punya hak cabut warga negaranya. Misal ke Timur Tengah dan berperang untuk warga asing, Indonesia bisa cabut status WNI," tegas dia.

Adian menilai tindakan politisi yang akrab disapa Setnov itu dan Fadli Zon pantas diproses dalam Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), karena melanggar etika. Pimpinan tersebut tidak boleh aktif lagi sebagai anggota Dewan, sebelum MKD mengeluarkan putusan.

Sejatinya, rombongan DPR bertemu dengan capres AS dari Partai Republik Donald Trump pada Kamis 3 September 2015. Dalam rombongan itu, turut Ketua DPR Setya Novanto, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Ketua Komisi III Aziz Syamsuddin, Wakil Ketua Komisi VII Satya Yudha, dan utusan presiden Eddy Pratomo.

Tujuan utama rombongan itu adalah hadir dalam Sidang The 4th World Conference of Speakers Inter Parlamentary Union di New York, AS pada 31 Agustus hingga 2 September 2015.

Fadli Zon menyampaikan, pertemuan yang berlangsung pukul 13.00 siang waktu setempat, di Trump Plaza lantai 26, Amerika Serikat ini bersifat informal. Politisi Partai Gerindra itu menyampaikan, pertemuan berlangsung 30 menit. Setelah itu, rombongan DPR diajak menyaksikan konferensi pers yang dilakukan Trump.

Dalam konferensi pers tersebut, Fadli Zon juga sempat menjawab pertanyaan dari wartawan AS, terkait maksud kedatangan rombongan DPR RI. Ia pun menjelaskan maksud kedatangan tidak ada hubungan dengan pemilu yang akan berlangsung di Negeri Paman Sam itu.

"Apa urusannya kita dengan Pilpres AS. Punya suara juga tidak? Saya jawab wartawan AS tadi ya itu terserah warga AS sendiri mau milih siapa. Bagi kami, kami senang pada Presiden AS yang mau berteman dengan Indonesia. Seperti Obama adalah teman Indonesia, juga Trump sekarang pun sebagai pengusaha adalah teman Indonesia," tandas Fadli Zon.

Ganggu Hubungan RI-AS?

Adapun anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan kehadiran Setya Novanto di acara Donald Trump bukan tak mungkin akan mengganggu hubungan AS dan Indonesia di masa mendatang.

"Ini kan menunjukkan keberpihakan yang tidak baik bagi hubungan Amerika-Indonesia ke depan. Kalau nanti yang terpilih bukan Donald Trump, ini kan akan mengganggu hubungan kita. Seolah-olah kita mendukung Trump," kata Bambang di Jakarta, Sabtu 5 September 2015.

Menurut politikus yang akrab disapa Bamsoet, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) pasti mempermasalahkan pertemuan Setnov dan Trump tersebut. Sebab, ada pelanggaran etika yang dilakukan.

"Sekali lagi, dari sisi etika itu tidak elok, kemungkinan besar beberapa anggota DPR akan mempermasalahkan itu ke Dewan Kehormatan DPR," tutur dia.

"Tanpa dijelaskan pun sikap atau tindakan tersebut jelas pelanggaran etika yang sebetulnya tidak perlu terjadi?" tandas Bamsoet. (Ans/Ali)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya