Liputan6.com, Pontianak - Ribuan umat muslim Muhammadiyah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, menunaikan salat Idul Adha di tengah kepungan asap. Di halaman kompleks Perguruan Muhammadiyah di Jl Ahmad Yani, Pontianak, para jemaah berbondong-bondong baik anak-anak, muda, maupun tua melaksanakan salat menggunakan masker.
Di tengah pekatnya kabut asap, mereka tampak khusyuk mengumandangkan takbir dan menunaikan salat Idul Adha, Rabu (23/9/2015) sekitar pukul 06.00 WIB.
Data yang dihimpun dari BMKG Supadio Pontianak, informasi sebaran hotspot di Kalimantan Barat berdasarkan Citra Satelit Modis, mencapai 310 titik api. Sementara berdasarkan data NOAA-18 berjumlah 167 titik api. BMKG memberikan peringatan dini, yaitu waspada asap pada malam hingga pagi hari.
Warga Pontianak cemas dengan kondisi udara yang tidak sehat untuk dihirup pada saat pagi. Dia tidak tahu harus berkata apalagi dengan pekatnya kabut asap. "Pokoknya setiap tahun pasti ada pekat kabut asap di sini," kata warga Kota Pontianak, Ridinus.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sustyo Iriyono, mengatakan, pekatnya kabut asap yang terjadi di wilayah ini adalah kiriman dari Provinsi Kalimantan Tengah akibat adanya pembakaran hutan. Ia menyebutkan, kabut asap pekat di Kota Pontianak susah hilang karena di wilayah ini banyak sungai.
Salat Idul Adha di Batam
Ratusan jemaah Muhammadiyah di Batam juga menggelar salat Idul Adha 1436 H. Salat dilaksanakan dengan khidmat. Dalam khotbahnya, Ketua PP Muhammadiyah, Goodwill Zubir, mengatakan umat muslim Indonesia sedang diuji.
"Ada beberapa masalah yang sedang dihadapi saat ini, di antaranya makin menjamurnya paham yang sesat, yang semakin membuat perpecahan di antara umat muslim," ucap Goodwill Zubir di Stadion Tumenggung Abdul Jamal Batam, Rabu (23/9/2015).
Dia mengatakan keimanan dan memperkuat ibadah merupakan satu-satunya cara terhindar dari pengaruh yang sesat. "Berpeganglah pada Alquran dan hadist, mantapkan aqidah," kata Goodwill.
Ketua Muhammadiyah Kota Batam Zulhelmi menambahkan, perbedaan waktu salat Idul Adha tidak perlu dipermasalahkan lagi.
"Jangan menjadikan Muhammadiyah sebagai pangkal permasalahan, tapi Muhammadiyah merupakan pemecah masalah itulah yang kami harapkan," kata Zulhelmi. (Mvi/Yus/Sar)
Advertisement