Liputan6.com, Banda Aceh - Gempa bumi susulan berkekuatan 5,5 skala Ricther yang mengguncang Kota Banda Aceh pada sore tadi membuat warga Aceh berhamburan keluar rumah maupun gedung. Mereka dilanda kepanikan akibat lindu tersebut.
Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh Eridawati menjelaskan, sepanjang Minggu 8 November pagi hingga Senin pukul 15.30 WIB telah terjadi lebih 100 kali gempa. Paling kuat dirasakan pada Minggu pukul 23.47 WIB, yaitu 6 SR yang terjadi di barat laut Sabang.
Gempa yang berpusat di barat laut Sabang merupakan gempa tektonik. "Penyebabnya akibat pergerakan lempeng," ucap Eridawati di Banda Aceh, Senin (9/11/2015).
Baca Juga
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, puluhan warga yang sedang berada dalam warung kopi berhamburan keluar. "Gempa, gempa, keluar pelan-pelan," seru pemilik warung.
"Kenapa ini kok gempa gempa terus dari kemarin, ini makin kuat gempannya," ujar Riana, warga Kota Banda Aceh.
Ratusan gempa mengguncang Provinsi Aceh dalam dua hari terakhir. Pihak Stasiun Geofisika Mata Ie menyebutkan, gempa yang berpusat barat laut Kota Sabang tidak berhubungan dengan yang terjadi di Mandailing Natal, Sumatera Utara, kemarin.
Aceh merupakan kawasan yang berada pada jalur pertemuan dua lempeng gempa tektonik dunia, yaitu Indo-Australia dan Eurasia. Di darat, Aceh berada di atas Sesar Sumatera atau Patahan Semangko.
Sepanjang kawasan utara Banda Aceh atau sekitar Sabang, hingga ke bagian pantai barat Aceh dan selatan Jawa merupakan jalur aktif gempa.
Eridawati memaparkan, gempa di barat laut Sabang tidak ada kaitannya dengan lindu di Mandailing Natal, Sumatera Utara, kemarin.
"Sumber gempanya beda. Yang terjadi di kita (Aceh) lebih karena pergerakan lempeng. Walaupun itu dipicu pergerakan lempeng sehingga sekuennya bergerak," pungkas Eridawati. (Ans/Mut)*
Advertisement