Liputan6.com, Kupang - Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas I Kupang Sumawan mengatakan gempa tektonik berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) di Maritaing, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur diakibatkan karena adanya patahan lempeng di dasar laut.
"Jadi gempa yang terjadi di Alor mulai Rabu (4 November 2015) pekan lalu pekan dan sampai saat ini masih ada gempa susulan tersebut diakibatkan karena adanya patahan lempengan (sesar) di dasar laut," ucap Sumawan di Kupang, seperti dilansir Antara, Senin (9/11/2015).
Gempa berkekuatan 6,2 SR mengguncang Alor pada Rabu 4 November lalu sekitar pukul 11.44 Wita dengan lokasi gempa berada pada posisi 8.20 Lintang Selatan dan 124.94 Bujur Timur atau sekitar 28 kilometer timur laut Alor pada kedalaman 89 kilometer dari permukaan laut.
Baca Juga
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, data sementara kerugian akibat gempa berkekuatan 6,2 SR tersebut mencapai Rp 49,8 miliar. Gempa bumi menghancurkan rumah warga serta fasilitas umum di 5 kecamatan dan 18 desa.
Sumawan mengatakan, gempa tektonik yang sama juga pernah terjadi pada 2004. Namun pada saat itu pusatnya terjadi di pantai utara Alor yang menewaskan kurang lebih 31 orang.
"Kalau tahun 2004 itu terjadi di pantai utara Alor dan saat ini sudah bergeser ke Alor Timur karena ada gerakan atau gesekan lempeng," ujar Sumawan.
Sumawan menjelaskan, di Kabupaten Alor terdapat satu lempeng yang berasal dari Kisar-Wetar (Maluku Barat Daya) Labuan Bajo, Manggarai Barat yang jika terjadi patahan maka akan terjadi pergeseran yang mengakibatkan gempa.
Ia juga mengatakan sampai Senin pagi sekitar pukul 09.00 Wita masih terjadi gempa susulan dengan kekuatan 4 SR dengan lokasi di 8.09 Lintang Selatan-125.29 Bujur Timur yang terdapat di 68 kilometer timor laut Alor dengan kedalaman 10 kilometer.
"Kita belum bisa tentukan kapan gempa tersebut dapat berakhir. Namun dari pemantauan kami saat ini intensitasnya mulai berkurang," pungkas Sumawan. (Ans/Mut)