Kisah Joko Susilo, Marbot Musala yang Mantan Pejudi-Pemabuk

Perlahan hidupnya mulai tenang dan kebiasaan mabuk serta berjudinya hilang. Joko pun bisa umrah 2 kali.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 13 Jan 2016, 19:32 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2016, 19:32 WIB
Taufiqurrahman/Liputan6.com
Marbot Musala Joko Susilo (Taufiqurrohman/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Joko Susilo namanya. Pria kurus berambut panjang ini terlihat selalu tersenyum. Pria asal Grobogan, Jawa Tengah ini sehari-harinya adalah penjaga musala atau marbot musala Assyakur Al Mubarokah, Tebet Barat Dalam 4B Nomor 11, Jakarta Selatan.

Meski hanya marbot yang aktivitasnya membersihkan musala, mencuci piring dan azan, Joko ternyata sudah 2 kali menginjakkan kaki di tanah suci Mekah.

"Alhamdulillah, sudah 2 kali. Umrah yang pertama akhir 2012 dan yang kedua awal 2014. Enggak nyangka, wong saya hanya marbot tukang cuci piring. Ini kuasa Allah," kata Joko mengawali‎ ceritanya kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (12/1/2016).

Joko mengatakan, pertama kali ia menjadi marbot sekitar 2008. Awalnya diminta menjadi salah satu kuli bangunan renovasi musala tersebut. Saat bertemu dengan pengurus musala yang bernama Ustad Nazaruddin, ia ditawari mengabdi di musala tersebut.

Awalnya ia bingung, bagaimana nanti ia menghidupi keluarganya, terlebih dia seorang pemabuk dan pejudi yang ‎dirasa tidak pantas mengurus rumah Tuhan.

Saat menjadi kuli bangunan saja, penghasilannya tak menentu dan kadang tidak bisa mengirimnya kepada keluarga di kampung.

"Ya mikirin nanti gimana ini keluarga, dapurnya gimana. Terus itu saya mikir, bimbang dan ragu. Tapi akhirnya saya yakin bismillah, saya juga ingin meninggalkan kebiasaan buruk saya mabuk dan judi, saya yakin rezeki sudah diatur. Akhirnya saya mau menjadi marbot," ujar dia.


Setelah memutuskan jadi marbot, keraguannya pun terjawab. Perlahan hidupnya mulai tenang dan kebiasaan mabuk serta berjudinya hilang. Untuk keperluan dapur, ia merasa tercukupi dari sumbangan dermawan yang menjadi jemaah musala tersebut.

Musala itu selain dipergunakan sebagai tempat salat, juga untuk pengajian 3 kali seminggu.

"Alhamdulillah, ada saja dermawan yang membantu. Ngaji di sini tidak dipungut biaya, ada saja jemaah yang berbagi rezekinya. Insya Allah cukup‎ dan dicukupkan. Keluarga juga tidak kekurangan, beda waktu masih kuli dulu," ujar dia.

Selama 8 tahun jadi marbot, Joko mengatakan, keluarga besarnya‎ tidak pernah protes. Untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya pun tetap tercukupi. Joko memiliki 2 anak yakni Bintang Susilo (12) yang duduk di kelas 6 dan Ahmad Sadzili (6) yang duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Keduanya sekolah di daerah Grobogan.

"Alhamdulillah, selama ini selalu tercukupi. Meski tidak bekerja seperti orang umumnya, keperluan dapur dan sekolah anak-anak ada saja rezekinya," ucap dia. Bahkan dari sumbangan para dermawan, Joko bisa melaksanakan ibadah umrah 2 kali ke Tanah Suci.

Walau hanya marbot, Joko memiliki cita-cita mulia. Ia ingin anaknya bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Joko sadar, pendidikan sangat penting bagi anak-anaknya agar bisa memiliki ilmu yang lebih baik dari dirinya.

"Ingin anak saya bisa sarjana semua. Bismillah Insya Allah," tutup Joko.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya