Aman Abdurrahman, Saingan Bahrun Naim Rebut Posisi Komandan ISIS

Saat ini Aman Abdurrahman berada di Lapas Nusakambangan, Cilacap.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Jan 2016, 14:06 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2016, 14:06 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Bahrun Naim tiba-tiba mencuat setelah aksi teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, mengguncang Ibu Kota, Kamis, 14 Januari 2016. Bahrun Naim disebut-sebut sebagai dalang di balik teror tersebut. Tujuannya adalah untuk merebut posisi komandan ISIS di Asia Tenggara.

Namun persaingan itu bukan dengan kelompok Filipina, melainkan dengan Aman Abdurrahman yang saat ini berada di Lapas Nusakambangan, Cilacap.

Menurut Al Chaidar, berdasarkan sumber kepolisian, pelaku bom di kawasan Sarinah salah satunya adalah anak didik Aman Abdurrahman. Dia adalah Sunakim alias Afis asal Sumedang, Jawa Barat.

Menurut Al Chaidar, Sunakim alias Afis pernah dipenjara karena kasus terorisme di Aceh. Di Lapas Cipinang, Jakarta, dia bertemu dengan Aman Abdurrahman yang dipenjara dalam kasus bom Cimanggis tahun 2003.

Pelaku teror lainnya adalah Sugito asal Karawang, Jawa Barat; Ahmad Muhazab bin Saroni asal Indramayu, Jawa Barat. Kemudian Muhammad Ali asal Kembangan, Jakarta, dan Dian Juni Kurniadi asal Kotawaringin, Kalimantan Tengah.

"Tidak satu pun dari pelaku pernah ke Suriah. Namun mereka mendukung kelompok ISIS," ujar Al Chaidar di Jakarta, Jumat (15/1/2016).

Mereka, kata dia, kemudian dipimpin oleh Bahrun Naim yang saat ini berada di Aleppo, Suriah. Biasanya, kata Al Chaidar, mereka berkomunikasi dengan aplikasi telegram dan whatsapp.

Menurut Al Chaidar, kelompok ini merupakan jaringan baru Salafi, pecahan dari Jamaah Anshorut Tauhid yang kemudian pecah menjadi Jamaah Anshorud Baulah dan Jamaah Anshorul Khalifah. Saat ketiga organisasi itu bubar, mereka membentuk jaringan kecil yang sebagian mendukung gerakan ISIS.

Al Chaidar mengatakan karena tidak memiliki dana yang besar, aksi teror ini menggunakan bahan peledak berkekuatan rendah dan menyasar polisi atau orang asing. Mereka, kata dia, mendanai aksi ini secara mandiri dan tidak mencari biaya dari jaringan teroris di luar negeri atau dengan merampok bank.**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya