Pengacara: Hasil Tes Kejiwaan Jessica Wongso di RSCM Normal

Hasil tes kejiwaan Jessica menunjukkan hal positif, tidak seperti yang dikatakan ayah Mirna, Darmawan Salihin.

oleh Audrey Santoso diperbarui 18 Feb 2016, 19:01 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 19:01 WIB
20160207-rekonstruksi mirna-jakarta-jessica 1
Tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso, saat rekonstruksi. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso selesai menjalani tes kejiwaan dengan metode observasi. Menurut Ketua Tim Penasehat Hukumnya, Yudi Wibowo Sukinto, hasil observasi kejiwaan kliennya menunjukkan hal positif, tidak seperti yang dikatakan ayah Mirna, Darmawan Salihin.

"(Hasil tes kejiwaan Jessica) Normal, sehat, tidak ada kepribadian ganda, tidak ada kelainan jiwa, kelainan-kelainan yang lain," ujar Yudi ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (18/2/2016).

Yudi mengatakan, pihaknya belum menerima hasil resmi observasi kejiwaan Jessica. Ia mengetahui hasil tersebut dari cerita ibunda Jessica, Imelda Wongso saat berbincang dengan salah satu tim psikiater yang menangani Jessica.

"(Tim medis memberikan hasil pemeriksaan) Ke ibunya Jessica, menyampaikan secara lisan saja 'tidak mengalami gangguan apa-apa, tidak mengalami gangguan jiwa, normal', kata dokter Natalia," jelas Yudi.

Pemeriksaan RSCM

Jessica Kumala Wongso menjalani pemeriksaan psikologi secara maraton selama 6 hari 5 malam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat. Pemeriksaan tersebut meliputi serangkaian wawancara dan tes tertulis untuk mengobservasi kondisi kejiwaannya berdasarkan beberapa parameter.

Salah satunya parameternya adalah perbandingan kemaskulinan dan kefeminiman Jessica.

"Rangkaian pemeriksaan (yaitu) diwawancara, tes tertulis misalnya pertanyaan setuju-tidak setuju. Tes untuk mengetahui beberapa parameter seperti punya sifat paranoid atau tidak, sifat kelaki-lakian atau keperempuanan," ujar Kabid Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Metro Jaya Kombes Musyafak di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa 16 Februari 2016.

Karena pemeriksaan bersifat observasi, jelas Musyafak, maka tim psikiater RSCM dan Jessica tak bisa hanya sesekali bertatap muka. Mereka harus memiliki komunikasi yang intensif, oleh sebab itu penyidik membiarkan Jessica menetap sementara di RSCM. Hal ini juga diperlukan untuk melihat seberapa konsisten perilaku Jessica.

"Untuk mengetahui kejiwaan seseorang, enggak bisa sekali pertemuan. Enggak bisa seperti orang sakit demam, berobat, periksa lab, tahu sakit apa. (Pemeriksaan Jessica) Ini namanya pemeriksaan yang berkelanjutan. Makanya dilakukan observasi," jelas dia.

"Makanya dilakukan pemeriksaan 5 sampai 6 hari. Jadi dokter ingin mengetahui perilaku dan kejiwaan seseorang itu secara bertahap. Jadi untuk mengetahui bagaimana perilakunya, kejiwaannya, konsisten apa enggak," imbuh Musyafak.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya