Cerita Haru Perwira Densus 88 Saat Penangkapan Teroris di Malang

Tersangka terorisme ini hanyut demi perjuangan kelompoknya, tapi lupa nasib 8 anak dan istrinya.

oleh Andrie Harianto diperbarui 22 Feb 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2016, 06:30 WIB
20160222-Teroris
Cerita haru perwira Densus 88 saat penangkapan teroris di Malang. (Liputan6.com/Andry Haryanto)

Liputan6.com, Jakarta - Ada cerita lain di balik penangkapan 5 teroris di Malang, Jawa Timur‎, Sabtu 20 Februari 2016. Dari lima tersangka kasus teror, salah satunya diduga menelantarkan istri dan 8 anaknya. Motifnya, tersangka lebih mementingkan mencari uang untuk menyuap aparat agar residivis curanmor yang kembali tertangkap dilepaskan.

Adalah ‎Romlan alias Romli (44) tersangka terorisme yang ditangkap tim Densus 88/Antiteror di kediamannya di Jl Margoyo, Gang 2, RT 01/02, Kelurahan Mulyo Agung, Kecamatan Dau, Malang.

"Saya terhenyak waktu menindak dan menggeledah rumah Romli. Anaknya dibiarkan tidak makan," kata salah seorang perwira menengah Densus 88‎/Antiteror saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (21/2/2016).

Romli, menurut perwira itu, dalam lingkaran kelompok teror di Malang, dikenal sebagai amir atau pimpinan sel teror. Sekilas, rumahnya tampak sederhana. Permanen, berdinding tembok. Tapi, untuk ukuran keluarga bisa dibilang tidak layak.

"Maaf saja, bahkan untuk berhubungan suami-istri saja bisa terlihat oleh anak-anak mereka," kata perwira tersebut.

Saat menggeledah, personel dikejutkan oleh keluhan salah seorang anak Romli. ‎Lapar. Personel itu pun lalu menanyakan kondisi yang dialami salah satu anak itu kepada 7 anak lainnya. Dan mereka mendapatkan jawaban yang sama, lapar.

Akhirnya, Densus 88 mencari tukang makanan yang dekat dengan lokasi penggerebekan. Mereka membeli beberapa bungkus ‎baso. Delapan anak itu makan dengan lahapnya. Sang istri, Maryatun (39), juga ikut makan dengan lahap.

Usut punya usut, rupanya Romli tengah berjuang. Salah seorang kelompok baru Jamaah Ansharut Daulah. Dia adalah residivis kasus pencurian bermotor yang kembali tertangkap. Rupanya residivis itu direkrut oleh salah seorang napi terorisme yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Malang.

"Dia direkrut untuk melakukan fai (mencari dana kegiatan teror). Sudah ada 34 motor yang dia curi selama aksinya. Bayangkan saja bila satu motor dijual 4 juta rupiah," kata dia yang minta namanya disamarkan itu.

Aidin Suryana alias Aji alias Abu Zilan nama residivis tersebut. Dia adalah terduga teroris pertama yang ditangkap di Desa Ngijo Kabupaten Malang pada Jumat 19 Februari 2016.

Terkait dengan dugaan penelantaran anak yang dilakukan salah seorang tersangka terorisme, Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar Yudho Nugroho membenarkan hal tersebut.

"Kalau ke arah penelantaran anak dan istri ada, tapi kita tidak bisa langsung justifikasi itu," kata Yudho.

Yudho yang bertugas mengamankan jalannya operasi senyap Densus 88 menceritakan bagaimana saat operasi penangkapan Amir, anak dan istrinya dalam kondisi kelaparan.

"Awalnya Romli ini minta agar jangan menerima makanan yang dibelikan, karena itu adalah uang polisi yang mereka anggap thogut, tapi dia luluh juga ketika istrinya menolak permintaan itu dan menyuruh anak-anak mereka makan," cerita Yudho.

Meski demikian, Yudho menolak merinci kasus tersebut. Menurut perwira menengah Polri ini adalah kewenangan Mabes Polri untuk menyampaikan seluruh materi pengungkapan yang dilakukan Detasemen berlambang burung hantu ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya