Ceu Popong Turut Berduka dan Kehilangan Pakar Bahasa JS Badudu

Semasa hidup, almarhum JS Badudu telah memberikan kontribusi besar terhadap bidang kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Mar 2016, 14:31 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2016, 14:31 WIB
 Aneka Gaya Ceu Popong Saat Diskusi RUU Perbukuan
Popong Otje Djundjunan anggota Komisi X DPR atau yang biasa disapa Ceu Popong saat menjadi pembicara pada diskusi RUU Perbukuan, Pressroom DPR RI, Jakarta, Selasa (26/5/2015). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Bandung - Ucapan dukacita atas wafatnya Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung Prof Dr Jusuf Sjarif Badudu terus mengalir. Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Provinsi Jawa Barat Popong Otje Djundjunan alias Ceu Popong mengatakan Indonesia kehilangan pakar bahasa Indonesia terbaik.

"Jangan ditanya lagi, tentunya Indonesia sekarang berduka sekali dan kehilangan putra terbaiknya di bidang bahasa yang saat ini telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya," ucap Ceu Popong saat melayat jenazah JS Badudu di Masjid Al Jihad Universitas Padjadjaran (Unpad) Kota Bandung, seperti dilansir Antara, Minggu (13/3/2016).

Ia menuturkan secara objektif hampir semua orang mengakui bahwa semasa hidupnya almarhum JS Badudu telah memberikan kontribusi besar terhadap bidang kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia.

"Beliau sudah banyak berbuat kepada orang-orang itu yang terpenting." Dan, menurut pendapat Ceu Popong, makna kehidupan seseorang itu bukan panjang umurnya, tapi seberapa banyak ia telah berperan dalam masyarakat dan profesinya.

Lantaran itulah, lanjut Ceu Popong, sebagai orang yang sama-sama berkecimpung di bidang pendidikan, sudah sepatutnya jika bangsa ini menghargai jasa-jasa JS Badudu.

"Beliau adalah orang yang patut kita hargai. Tentunya Indonesia kehilangan karena tidak banyak pakar bahasa Indonesia terbaik," ujar Ceu Popong.

Ia juga mengkritisi kondisi masyarakat saat ini, khususnya generasi muda yang lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia.

"Sekarang kondisi memprihatinkan masyarakat lebih menghargai bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Boleh kita bisa atau menguasai bahasa asing, tapi jangan lupakan bahasa kita sendiri," urai Ceu Popong.

Ia mencontohkan, larangan untuk tidak merokok di tempat umum, hotel dan rumah makan kebanyakan ditulis dalam bahasa Inggris "No Smoking".

"Harusnya 'Dilarang Merokok' baru ditulis 'No Smoking'," ujar Ceu Popong.

JS Badudu, pakar bahasa Indonesia yang juga Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung, yang lahir di Gorontalo, 89 tahun silam, tutup usia pada Sabtu 12 Maret 2016 sekitar pukul 22.10 WIB.

Jenazah JS Badudu kemudian dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Cikutra Kota Bandung, Minggu, setelah disalatkan di Masjid Al Jihad, Universitas Padjadjaran.

Sebelumnya, dilakukan proses pelepasan jenazah JS Badudu. Penyerahan dilakukan oleh keluarga yang diwakili oleh anak keenamnya, Rizal Badudu, kepada perwakilan TNI.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya