Hasil Autopsi Siyono: Ada Benturan Benda Tumpul di Dada

PP Muhammadiyah bersama tim forensik RS Muhammadiyah mengautopsi jenazah terduga teroris Siyono.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 11 Apr 2016, 19:54 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 19:54 WIB
20160411-Hasil Autopsi Kuatkan Dugaan Siyono Tewas Tak Wajar-Jakarta
Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menunjukkan sejumlah uang saat memaparkan hasil autopsi jenazah terduga teroris asal Klaten, Siyono di Jakarta, Senin (11/4). Uang senilai Rp 100 juta itu diberikan oleh pihak Polri. (Liputan6.com/Helmi Affandi)

Liputan6.com, Jakarta - ‎PP Muhammadiyah bersama tim forensik RS Muhammadiyah mengautopsi jenazah terduga teroris Siyono. Autopsi dilakukan lantaran kematian warga Klaten, Jawa Tengah, itu diduga tak wajar saat ditangkap Densus 88 Antiteror.

Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan, ‎berdasarkan hasil yang diterima dari tim forensik, ditemukan fakta bahwa jenazah Siyono belum pernah diautopsi sebelumnya. Kematian Siyono diduga akibat benturan benda tumpul di rongga dadanya.

"Kematian Siyono diakibatkan benda tumpul di bagian rongga dada, ada patah tulang di iga bagian kiri, ada 5," ujar Siane saat jumpa pers terkait hasil autopsi jenazah Siyono di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2016).


Selain itu, kata Siane, ada satu tulang iga di bagian kanan korban yang juga patah.‎ "Tulang dada patah. Ini yang kemudian ke arah jantung dan mengakibatkan kematian yang cukup fatal. Titik kematian di situ," jelas dia.

Dia mengakui terdapat luka di bagian ‎kepala Siyono, namun tak menyebabkan pendarahan hebat. Dari hasil itu, sangat tidak mungkin kematian terduga teroris itu karena benturan di kepalanya.

"Jadi memang ada luka di bagian kepala tapi tidak menyebabkan kematian. Di situ tidak terlalu banyak pendarahan," ucap Siane.

Padahal sebelumnya tim dokter dari Mabes Polri menyatakan Siyono tewas akibat benturan di kepalanya. Berdasarkan hasil visum di RS Polri Kramat Jati, polisi juga menemukan luka memar di tangan dan kaki Siyono.

Menurut polisi, sebelum tewas Siyono sempat melawan petugas. Polisi bahkan telah memeriksa petugas tersebut dan menemukan sejumlah luka ‎diduga akibat duel dengan Siyono.

Namun pernyataan itu dibantah Siane. Berdasarkan hasil autopsi, tidak ditemukan adanya luka defensif di tangan ‎dan kaki Siyono. Hal itu, kata Siane, menunjukkan bahwa tak ada perlawanan dari Siyono sebelum dia meninggal.

"Dari seluruh rangkaian autopsi ini, (menunjukkan) tidak ada perlawanan dari luka-luka yang diteliti. Tidak ada luka defensif dari Siyono," terang dia.

Ia menduga, Siyono dalam posisi duduk bersandar saat menerima benturan benda tumpul di dadanya hingga mengakibatkan sejumlah tulang rusuk patah. Indikasi itu terlihat dari adanya luka memar di bagian punggung Siyono.

‎"Pada bagian tubuh belakang ada indikasi memar. Jadi ada analisis sementara itu dilakukan dengan menyandar. Di bagian punggung dilakukan dengan posisi yang ada bantalan, sehingga menimbulkan tekanan dari depan," ucap Siane.

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, menambahkan ada 4 poin kesimpulan dari hasil autopsi Siyono.

Pertama, tidak benar polisi telah mengautopsi jenazah Siyono sebelumnya. Kedua, penyebab kematian yang disebut-sebut akibat luka di kepala juga tidak terbukti.

Ketiga, ditemukan beberapa tulang rusuk yang patah dan mengakibatkan pendarahan hebat di dada dan jantung Siyono. Pendarahan itu diduga kuat sebagai penyebab tewasnya Siyono.

"Keempat, ‎tidak ditemukan indikasi perlawanan dari korban. Misal tidak ada luka tangkis yang bentuknya perlawanan. Jadi 4 poin itu menjadi poin penting yang selama ini disampaikan kepolisian‎," ujar Dahnil.‎

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya