Jokowi dan Merkel Bahas Kerja Sama Maritim hingga Terorisme

Kanselir Jerman mengungkapkan pertemuannya dengan Jokowi juga membicarakan masalah ASEAN, Papua, dan Aceh.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Apr 2016, 23:43 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2016, 23:43 WIB
Jokowi di Jerman
Kunjungan Presiden Jokowi di Kantor Kanselir Jerman di Kota Berlin, disambut upacara kehormatan militer. (Foto: Laily Rachev/Setpres RI)

Liputan6.com, Berlin - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Kanselir Jerman Angela Merkel membicarakan kerja sama ekonomi, bantuan pusat pendidikan kejuruan atau vokasional hingga membahas terorisme. Pembahasan ini berlangsung di Bundesklanzeramt atau Kantor Kanselir Republik Federal Jerman di Kota Berlin.

"Selain ekonomi juga kerja sama bidang pendidikan kejuruan, sehingga tadi (Jokowi dan rombongan) berkunjung ke Siemens," ucap Merkel saat konferensi pers bersama usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Kantor Kanselir, Berlin, Jerman, seperti dilansir Antara, Senin (18/4/2016).

Merkel mengatakan, Jerman-Indonesia ada kerja sama ekonomi tentang komponen maritim, bidang kesehatan dan juga dalam bidang pengangkutan. "Masih ada peluang industri, kami ingin tingkatkan inisiatif bidang itu."

Merkel menjelaskan Indonesia juga berminat memperkuat perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa. Dan Jerman mendukung supaya negosiasi dapat dimulai dalam waktu dekat.

Kanselir Jerman mengungkapkan pertemuannya dengan Jokowi juga membicarakan masalah ASEAN, Papua, dan Aceh. Serta, Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia bisa menjaga toleransi beragama.

"Indonesia negara muslim terbesar, menjaga sistem tidak terjadi konflik juga bisa mengatasi tantangan terhadap terorisme dengan dukungan sosial budaya," kata Merkel.

Sebaliknya, Presiden Jokowi mengatakan Jerman merupakan mitra dagang nomor satu dan untuk investasi terbesar ketujuh. "Indonesia ingin agar pendidikan vokasi (vokasional) bisa diberi bantuan dari Jerman, terutama untuk bidang berkaitan dengan industri, baik kelistrikan, tekstil, maritim dan lain-lain."

Sebagai negara muslim terbesar, Jokowi mengungkapkan pertemuan dengan Merkel juga bertukar pikiran penanganan terorisme dengan menggunakan pendekatan hard power maupun soft power.

"Kalau kombinasi itu saya percaya penanganan (terorisme) lebih baik dan komprehensif," ujar Jokowi.

Ketika ditanya terkait radikalisme di Indonesia, Jokowi mengatakan sebagai negara dengan penduduk sebesar 85 persen muslim, dimana 95 persen merupakan Islam moderat dan toleran.

"Tetapi kalau ada jumlah kecil yang radikal terorisme, tetap dilakukan pendekatan agar tidak merugikan negara dan rakyat. Sehingga pendekatan Indonesia dengan dua hal (hard dan soft). Itu yang kami lakukan," Jokowi memaparkan.

Adapun Kanselir Angela Merkel mengakui Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk merupakan tugas berat dan dirinya kagum atas perkembangan Indonesia saat ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya