Liputan6.com, Jakarta - Usai dipecat dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah berniat bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia mengatakan niatnya tersebut saat bertemu dengan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan.
"Saya mau bertemu Pak SBY dengan Pak Syarief. Saya mau cerita," ucap Fahri Hamzah ketika bertemu Syarief di pressroom Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (19/4/2016).
Setelah berbicara seperti itu, Fahri dan Syarief pun saling bertukar nomor telepon. Terlebih, niat Fahri ingin bertemu SBY ditanggapi Syarief. Namun, Fahri membantah jika niatnya bertemu dengan SBY lantaran ada maksud tertentu.
"Enggak, enggak ada maksud apa-apa, pengen ketemu aja, santai. Saya tetangga, itu kan beliau (SBY) tinggal di Cikeas, saya di Cibubur. Saya sudah lama janjian tapi belum sempat-sempat aja. Mumpung ada Pak Syarief, kita mau ngobrol," tutur dia.
Baca Juga
Soal waktu bertemunya, Fahri menyebut masih menunggu kabar dari Syarief.
"Saya akan tunggu Pak Syarief dulu. Ke sana karena saya tetangga. Ngopi-ngopi kita," ujar Fahri.
Kerap Kritik SBY
Sempat beredar kabar bahwa dipecatnya Fahri dari PKS juga karena ada dorongan dari pihak eksternal. Salah satunya menyebut itu berkaitan dengan sikap Fahri yang kerap melontarkan kritik saat SBY menjabat presiden.
"Saya enggak percaya. Orang di zaman beliau (SBY) jadi presiden aja beliau tidak melakukan itu kepada saya. Apalagi sekarang ketika sudah tidak jadi presiden, mana mungkin dia lakukan itu," Fahri menerangkan.
Ia pun menegaskan dirinya kala zaman SBY 2 periode atau 10 tahun menjadi presiden dan sering dikritik tidak pernah ada masalah dengannya.
"Hasilnya (dikritik) Pak SBY 2 periode, kritik membuat dia mengambil keputusan keputusan yang baik. Pak SBY menembus bagi bangsa kita ini, APBN 2 kali. Setelah orangnya enggak berkuasa, ya mesti kita puji namun ketika dia berkuasa mesti dikritik," Fahri memaparkan.
"Dan beliau (SBY) tahu bahwa kita anggota DPR mulut kita digaransi oleh rakyat, sehingga tidak boleh dibungkam dan tidak boleh dihentikan. Mulut kita diproteksi oleh konstitusi demi kebaikan eksekutif yang kita kritik," ia menambahkan.
DPR Wajib Lontarkan Kritik
Jadi, masih menurut Fahri, kritik itu adalah hal yang wajib dilakukan oleh para anggota dewan. Justru kalau ada anggota dewan yang tidak mengeluarkan kritiknya, berarti ada masalah dengan orang tersebut.
"Mulut kita ini ditaruh di DPR ini oleh rakyat untuk bicara, untuk parlemen, untuk mengkritik, kalau di luar daripada itu bahaya, berarti dia tidak mengerti arti menjadi anggota DPR," kata Fahri.
Ia pun mengatakan pertemuannya nanti dengan SBY karena banyak yang perlu dibicarakan.
Advertisement
"Beliau (SBY) ini mantan presiden 2 periode. Apa pun di dalam kepalanya ada ilmu yang besar tentang Indonesia. Memimpin Indonesia dan relatif kalau kita lihat namanya merangkak naik pada zaman beliau."
"Itu salah satunya karena kita kritik. Makanya waktu saya ketemu beliau berkali-kali itu dia katakan teruskan, dinda, teruskan, dinda,"Â Fahri Hamzah menegaskan.