Warga Pasar Ikan Bangun Gubuk di Lokasi Penggusuran

Belasan gubuk itu diakui Usman mulai dibangun sejak dua minggu lalu. Para warga mulai menikmati bangunan gubuk barunya.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 12 Mei 2016, 19:28 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 19:28 WIB
20160429- Korban Penggusuran Pasar Ikan Bangun Tenda-Jakarta- Yoppy Renato
Sebuah spanduk menuntut hak kepada Pemprov DKI Jakarta terpasang di kawasan gusuran Pasar Ikan, Jakarta, Jumat (29/4/2016). Alasan warga menolak ke rusun karena lokasi rusun jauh dari lokasi untuk melaut. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian warga Kampung Aquarium, Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, yang terdampak revitalisasi memilih bertahan. Mereka mulai kembali dan mendirikan tenda darurat hingga gubuk-gubuk semi permanen.

Tenda darurat dan gubuk semi permanen dibangun warga dari sisa-sisa reruntuhan bangunan dan patungan warga. Belasan tenda dan gubuk itu dibangun di pinggir persis dekat tanggul jalur perairan Sunda Kelapa dekat dengan tenda pengungsian.

"Kalau kami bangun gubuk di sini, apa sama petugas mau dihancurin lagi? Ini hasil patungan para warga. Hasil gotong royong saling bantu yang ekonominya sama-sama miskin," kata mantan warga Pasar Ikan, Usman (50) di lokasi, Jakarta Utara, Kamis (12/5/2016).

 

Dengan parang dan benda tajam lainnya, warga sibuk memahat dan memotong kayu serta bambu yang bisa dijadikan pondasi gubuk. Tenda-tenda pengungsian dirasa sudah tidak lagi bisa menampung warga. Maklum ratusan warga selama ini bertahan. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.

"Bangun ini karena tenda pengungsian awalnya diperuntukkan wanita saja. Tapi karena campur dan tidak muat, ya kami warga Pasar Ikan dan Akuarium sepakat bangun gubuk-gubuk dekat sama tenda pengungsian," tambah Usman.

Belasan gubuk itu diakui Usman mulai dibangun sejak dua minggu lalu. Para warga mulai menikmati bangunan gubuk barunya.

Kegiatan para warga berangsur normal. Mulai makan siang, membetulkan jaring ikan sampai warga yang menikmati gubuknya dengan berbincang-bincang sambil menyeruput kopi. Hawa panas pun tak dihiraukan mereka.

"Hak kami bangun gubuk. Kami tinggal di sini dari kecil," tutup Usman.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya