Kisah Awal Bripka Seladi Jadi Pemulung

Menurut Bripka Seladi, menjadi pemulung lebih nikmat dibanding mencari pekerjaan sampingan lainnya.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 23 Mei 2016, 18:21 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2016, 18:21 WIB
20160523-12 Tahun Nyambi Jadi Pemulung, Bripka Seladi Akhirnya Dapat Apresiasi dari DPR-Jakarta
Ketua DPR Ade Komarudin (kiri) dan Bripka Seladi memberikan keterangan pers di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (23/5). Bripka Seladi diterima oleh ketua DPR RI dan beberapa anggota DPR lainnya untuk mendapatkan penghargaan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Brigadir Kepala (Bripka) Seladi diundang Ketua DPR Ade Komarudin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Dia tak menyangka dirinya mendapat perhatian dari pimpinan parlemen.

Pertemuan antara Seladi dan Ade Komarudin didampingi Kapolres Malang Kota Ajun Komisaris Decky Herdarsono, Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo, dan Sekjen DPR Winantuningtyastiti.

Dalam kesempatan tersebut, Seladi sempat bercerita bagaimana pengalamannya menjadi pemulung, usai menjalankan tugasnya di kepolisian.

"Awal mulanya saya memulung 2004. Waktu itu saya terjepit masalah biaya anak istri saya. Karena kebutuhan lain ada, saya memilih memulung," ungkap Seladi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/5/2016).

Saat itu, usai piket malam di kepolisian, Seladi mulai memilah-milih dan memungut sampah di Mapolresta Malang.

"Setelah saya piket malam di Polresta ada sampah, saya lirik ke sana, saya ambil, saya anggap bersih-bersih. Kemudian besoknya lepas dinas pagi, jam tujuh malam saya gerak, saya ambili (sampah)," papar dia.

Ternyata niat baiknya tidak mulus. Tiba di rumah, Seladi sempat dimarahi istrinya, karena membawa sampah.

Namun, kemarahan sang istri tak memudarkan niat mencari penghasilan sampingan itu. Keesokan harinya dia mulai mengumpulkan sampah sedikit demi sedikit.

"Saya pilah-pilah antara kresek, plastik, botol. Setelah saya pilah-pilah karena saya butuhkan untuk tambahan anak istri saya, dan saat itu satu bulan 15 hari dapat Rp 400 ribu. Hariannya Rp 25 ribu, saya kumpulkan jadi Rp 400 ribu," terang dia.

Tidak Terima Suap

Kala itu, masyarakat tidak ada yang tahu kalau Seladi adalah polisi. Namun tak masalah, karena memang niatnya adalah mencari rezeki untuk menafkahi istri dan anaknya.

"Saya sudah 16 tahun belum pernah menerima suap, makanan atau apapun. Saya kasih contoh ke anak saya. Saya belum pernah menerima suap apapun, anak istri saya sudah terlatih," ujar Seladi.


Kini, Seladi tengah berjuang membiayai anaknya mendaftar ke Akademi Kepolisian. Dia berharap anaknya dapat meneruskan perjuangannya di kepolisian.

"Saat ini, anak saya lagi daftar, karena dia pengen jadi seperti saya," ujar dia.

Menurut Seladi, menjadi pemulung lebih nikmat dibanding mencari pekerjaan sampingan lainnya.

"Untuk mencari sampingan mudah, gampang, seperti toko emas. Sekarang ambil, sekarang dijual, sekarang laku. Mudah sekali," kata dia.

"Orang hidup ada dua pilihan, baik dan buruk. Semuanya ada pilihan. Yang baik atau yang buruk, itu yang saya alami sampai saat ini," sambung Seladi.

Gaji Untuk Seladi

Sementara, Bambang Soesatyo menyerahkan gajinya dengan utuh mulai Mei sampai Desember, untuk membantu Seladi.

"Berita ini sangat menyejukkan hati. Saya ikhlaskan gaji saya mulai bulan ini sampai Desember buat Pak Seladi," kata Bambang.

Politikus Partai Golkar ini berharap ada polisi-polisi lain seperti Bripka Seladi di Tanah Air. "Kami berharap polisi seperti ini. Karena sekarang ini pejabat-pejabat kita lain di mulut lain pula yang dilakukan," tandas Bambang Soesatyo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya