Jelang Harlah ke-18 PKB, Ini Harapan Cak Imin

Partai Kebangkitan Bangsa akan merayakan hari lahir atau harlah ke-18 pada Sabtu, 23 Juli mendatang.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 22 Jul 2016, 01:48 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2016, 01:48 WIB
Cak Imin
Cak Imin (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bakal merayakan hari lahir atau harlah ke-18 pada Sabtu, 23 Juli mendatang. Momentum ini akan digunakan Ketua Umum (Ketum) PKB Muhaimin Iskandar untuk menegaskan kembali komitmen partainya dalam membela rakyat.

Ia pun menyatakan, PKB berada di garda terdepan membela kepentingan kaum nahdiyin dan kaum mustad'afin.

"Spirit kehadiran PKB dalam sistem politik Indonesia adalah membela rakyat. Tidak ada alasan bagi kader PKB yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif untuk tidak terus membela kepentingan rakyat," ucap Ketum PKB Muhaimin Iskandar di Jakarta, Kamis 21 Juli 2016.

Pria yang akrab disapa Cak Imin ini mengajak seluruh kader dan simpatisan PKB untuk kembali menyatukan tekad guna menjadikan partai ini lebih mengakar di bumi dan menjulang di angkasa.

Salah satu caranya, imbuh Cak Imin, adalah selalu berupaya berada di barisan terdepan membela kepentingan rakyat.

"Tidak boleh ada ataupun terdengar kabar, kader PKB mundur saat membela kepentingan rakyat. Kader PKB harus selalu berada di depan, tidak boleh mundur selangkah pun untuk membela kepentingan rakyat," ujar dia.

Perjuangkan Lahirnya UU Pesantren

Cak Imin mencontohkan, saat ini F-PKB DPR RI tengah memperjuangkan lahirnya undang-undang mengenai pendidikan madrasah dan pondok pesantren yang selama ratusan tahun belum pernah mendapat perhatian berarti dari pemerintah.

"PKB mendorong kehadiran negara dalam pendidikan madrasah dan pondok pesantren. Sebab, 94 persen pendidikan madrasah dikelola oleh masyarakat. Itu artinya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara masih diambil-alih oleh masyarakat," Cak Imin menegaskan.

Faktanya, ujar Cak Imin, kondisi madrasah dan pondok pesantren di Indonesia kian memprihatinkan. Kondisinya tidak hidup, tapi tidak juga mati.

"Pokoknya memprihatinkan, wajib hukumnya negara hadir di sana. Negara tidak bisa lagi berharap banyak pada masyarakat untuk turut mencerdaskan masyarakat, karena itu menjadi tanggung jawab pemerintah. Dengan begitu kaum nahdiyin bisa maju," Cak Imin menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya