Burung Hantu Jenis Tyto Alba, Predator Alami Pengendali Hama Tikus di Lahan Pertanian

Untuk menarik Tyto Alba ke lahan pertanian, petani dapat membangun rumah burung hantu atau rubuha. Struktur ini biasanya berbentuk kotak kayu dengan dimensi tertentu, dipasang pada ketinggian 3-5 meter di atas tanah.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 10 Apr 2025, 04:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 04:00 WIB
Burung hantu Tyto alba
Sejumlah fakta soal burung hantu dipaparkan dalam diskusi tentang burung hantu di Sleman. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Burung hantu jenis Tyto Alba terbukti menjadi solusi efektif dalam mengendalikan populasi tikus di lahan pertanian. Dengan kemampuan memangsa hingga 9 ekor tikus per hari, predator nokturnal ini merupakan metode pengendalian hama yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi petani.

Mengutip dari berbagai sumber, Tyto Alba atau yang lebih dikenal sebagai burung hantu serak jawa, memiliki karakteristik fisik yang ideal untuk berburu tikus. Bentuk wajah yang menyerupai piringan parabola membantu mengarahkan suara ke telinga mereka yang sensitif.

Mata besar yang menghadap ke depan memberikan penglihatan binokular yang tajam dalam kondisi cahaya rendah. Kemampuan berburu burung ini didukung oleh sistem pendengaran yang mampu mendeteksi suara tikus dari jarak hingga 500 meter.

Cakar yang kuat dan tajam memungkinkan mereka mencengkeram mangsa dengan erat. Sementara itu, bulu-bulu khusus di sayap membuat penerbangan mereka hampir tidak bersuara.

Dalam ekosistem pertanian, seekor tyto alba dewasa mampu memangsa 2-9 ekor tikus setiap malam. Jumlah ini bervariasi tergantung pada musim, ketersediaan mangsa, dan kondisi lingkungan.

Selama masa breeding (periode waktu ketika hewan ternak melakukan perkembangbiakan), kebutuhan makanan akan meningkat seiring dengan kebutuhan memberi makan anak-anaknya. Penerapan sistem pengendalian hama menggunakan tyto alba telah menunjukkan hasil di berbagai wilayah pertanian.

Di daerah-daerah yang menerapkan program konservasi burung hantu, terjadi penurunan dalam kerusakan tanaman akibat tikus. Beberapa laporan menunjukkan peningkatan hasil panen padi dari 2,6 ton menjadi 6,5 ton per hektar setelah program ini diimplementasikan.

Untuk menarik Tyto Alba ke lahan pertanian, petani dapat membangun rumah burung hantu atau rubuha. Struktur ini biasanya berbentuk kotak kayu dengan dimensi tertentu, dipasang pada ketinggian 3-5 meter di atas tanah.

Penempatan rubuha perlu mempertimbangkan jarak antar kotak, ketersediaan sumber air, dan akses ke area berburu. Pemeliharaan rubuha meliputi pembersihan rutin dan pemantauan aktivitas burung.

Kotak yang ideal akan menunjukkan tanda-tanda penggunaan seperti kotoran burung, sisa-sisa mangsa, dan bulu-bulu yang rontok. Keberhasilan program ini bergantung pada faktor ekologis juga.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya