Sistem Sekolah Sehari Penuh, Kebebasan Anak Memilih Hilang?

Ketimbang memberdayakan peran orangtua, full day school justru mengambil peran orangtua dalam kehidupan anak.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Agu 2016, 08:21 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2016, 08:21 WIB
20160718-Tingkah Anak pada Hari Pertama Sekolah di SDN Pasar Baru 05-Jakarta
Seorang siswi menguap ketika upacara pada hari pertama sekolah di SDN Pasar Baru 05, Jakarta, Senin (18/7). Usai libur Idul Fitri, para siswa kembali beraktivitas mengikuti pelajaran di sekolah untuk tahun ajaran 2015-2016. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli psikologi anak Vera Hadiwidjojo menyarankan pemerintah tidak menerapkan sistem full day school atau sekolah sehari penuh untuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebab, bisa mengurangi keleluasaan anak melakukan hal yang ia suka.

Salah satu bentuk keleluasaan memilih yang berkurang ialah bermain. Menurut dia, sekalipun anak bisa bermain di sela waktu sekolah, namun sekolah tetaplah tempat terstruktur yang membatasi keleluasaan anak, berbeda dengan di rumah.  

"Dalam bermain ada unsur kebebasan memilih, keleluasaan anak untuk melakukan apa yang ia suka. Apakah ini akan terpenuhi ketika anak sekolah full day? Sekolah tetaplah tempat terstruktur yang memiliki aturan atau batasan yang membuat anak tidak seleluasa di rumah dalam bermain," ujar Vera dalam surat elektroniknya di Jakarta, Selasa 9 Agustus 2016 seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, ilmu pengetahuan soal kehidupan dan hal lainnya tak melulu didapatkan dari sekolah. Ilmu dari sekolah bukan satu-satunya penentu anak kelak menjadi kompeten, mandiri, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. 

"Belajar tidak hanya akademis. Anak belajar tidak hanya di sekolah tapi juga di lingkungan lainnya. Anak belajar kehidupan tidak hanya di sekolah. Sekolah merupakan salah satu bagian dalam kehidupan anak, jadi perlu ada tempat juga untuk lingkungan lainnya seperti lingkungan sekitar rumah," kata dia.

Belum lagi bila anak memiliki masalah di sekolah, misalnya sulit bergaul dengan teman-temannya. Vera mengatakan, pada kasus seperti itu orangtua dan pihak sekolah perlu terlebih dulu mengembangkan keterampilan sosialisasinya.

Mengambil Peran Orangtua

Vera menilai, ketimbang memberdayakan peran orangtua, full day school justru mengambil peran orangtua dalam kehidupan anak.

"Program ini tidak membantu orangtua secara disadari maupun tak disadari, karena ini mengambil alih peran orangtua bukan memberdayakan peran mereka dalam kehidupan anak," tutur dia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mewacanakan perpanjangan jam belajar anak di sekolah atau full day school.

"Sebenarnya ini baru mau jual ide dan mau lihat respons masyarakat terhadap ide ini seperti apa," kata Muhadjir di Jakarta Selatan.

Dia mengatakan, sistem sekolah sehari penuh yang akan ia canangkan bagi siswa-siswi SD dan SMP ini nantinya tidak akan memberi tekanan kepada anak-anak. Sebab, kegiatannya akan menyenangkan.

"Di waktu tambahannya nanti itu nggak ada pelajaran kok, pokoknya menyenangkan kegiatannya. Yang jelas tidak seperti yang dikatakan bikin stress anak, tapi tetap mengandung ke-18 karakter yang ada dalam Nawacita Jokowi-JK," jelas Muhadjir.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya