Liputan6.com, Jakarta - Paham radikal masih tumbuh subur di Indonesia. Kejadian serangan bom bunuh diri di Medan, Sumatera, Minggu 28 Agustus kemarin menunjukkan bahwa paham itu sudah mulai tertanam pada anak-anak muda.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Suhardi Alius membenarkan, paparan paham radikalisme ‎di Indonesia sudah luar biasa. Karena itu, pihaknya berharap ada peran besar ulama untuk mencegah penyebaran paham tersebut yang semakin masif.
Baca Juga
‎"Dan itu (radikalisme) bukan sama sekali konsep-konsep agama, akidah. Artinya, ada satu konsep jihad ekstrem, dan yang meluruskan itu adalah para ulama," ujar Suhardi usai menggelar pertemuan di Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta Pusat, Senin (29/8/2016).
Advertisement
‎Karena itu, kata dia, pertemuannya dengan MUI hari ini adalah untuk menjalin kerja sama dalam menangkal paham radikal di Indonesia. Sebab, MUI memiliki banyak ulama yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia.
"Kita mohon bantuannya dengan Majelis Ulama untuk bisa menurunkan dai-dai dan ulama-ulamanya untuk membantu kita memberikan pencerahan orang yang kemungkinan terpapar radikalisme ini," papar dia.
Tak hanya ulama, BNPT juga berharap ada peran aktif dari masyarakat untuk mengawasi pergaulan keluarganya. ‎"Sehingga ada awareness dari keluarga untuk bisa mengawasi putra-putrinya mengatasi radikalisme," tutur Suhardi.
Dia menjelaskan, ada dua cara memerangi paham radikal, yakni melalui dua konsep yang telah disiapkan. Pertama, konsep deradikalisasi dan kedua konsep kontra-radikalisasi.
"Kalau deradikalisasi, kita minta ulama untuk berikan pencerahan bagi orang-orang yang sudah terpapar radikalisme. Kalau kontra-radikalisasi, untuk orang-orang yang belum terpapar radikalisme atau daya tangkal radikalsime," pungkas dia.