Makan Siang Bareng Jokowi, Sineas Minta Film Masuk Kurikulum

Hanung Bramantyo ingin pendidikan tentang film masuk kurikulum sejak sekolah dasar.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 30 Agu 2016, 19:13 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2016, 19:13 WIB
Perayaan Hari Film Nasional ke-65 Digelar di Istana Negara
Glen Fredly memberikan DVD film Cahaya dari Timur kepada Presiden Jokowi saat peringatan Hari Film Nasional ke-65 di Istana Negara, Jakarta, Senin (30/3/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi makan siang bersama puluhan seniman bidang perfilman. Dalam pertemuan itu, banyak hal yang dibahas, termasuk keinginan masuknya film di kurikulum sekolah.

Sutradara Hanung Bramantyo yang ikut dalam pertemuan itu mengatakan, banyak hal yang menjadi perbincangan. Utamanya, bagaimana film di Tanah Air bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Kita 250 juta penduduk di Indonesia, masa penonton terbanyak cuma satu juta, eh tujuh juta, empat juta, enggak lebih dapat 10 juta, 15 juta," ujar Hanung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/8/2016).

"Sementara di Korea penduduknya itu cuma sekitar 50 juta, penonton filmnya itu 10 juta, kita 50 persennya aja enggak nyampe," sambung dia.

Hanung ingin pendidikan tentang film masuk kurikulum sejak sekolah dasar. Selama ini, pendidikan film hanya didapat di sekolah khusus atau perguruan tinggi, yang menyediakan program studi perfilman, sehingga kecintaan masyarakat terhadap film lokal tidak baik.

"Pendidikan yang dimaksud adalah kurikulum film itu kalau bisa masuk di dalam sekolah-sekolah dari mulai SD, SMP, SMA. Karena saya tahu Siti Nurbaya ya dari SD, di Bahasa Indonesia kan ada pendidikan sastra, dan ada ujiannya lagi," kata dia.

"Nah alangkah baiknya kalau pendidikan film itu sudah ada di dalam kurikulum. Bahkan ada ekstra kurikulernya," sambung suami Zaskia Adya Meka ini.

Sementara, sutradara Riri Riza ingin pemerintah berjalan baik dan stabil. Negara yang baik akan menghadirkan optimisme dari para pelaku perfilman untuk melahirkan film berkualitas.

"Film itu adalah manifestasi bangsa. Kalau bangsanya stabil dan optimis, semestinya filmnya juga bisa optimal. Jadi kalau pemerintahan ini bisa berjalan baik, begitu juga filmnya, kita akan senang," kata sutradara 'Ada Apa Dengan Cinta' itu.

Riri berpendapat, industri film nasional punya potensi besar untuk berjaya di negeri sendiri. Tinggal bagaimana seluruh pihak memanfaatkan potensi ini dengan baik.

"Industri yang seharusnya lebih sehat dan kita kan juga merasa bahwa film itu punya potensi besar. Nah, semestinya bangsa ini bisa memanfaatkan potensi itu," pungkas Riri.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya