Hendropriyono dan Ambisi Membayar Utang ke Pendiri PKPI

Hendro berharap PKPI kelak diisi kaum muda dan besar sejajar dengan partai-partai yang lahir dari rahim prajurit.

oleh Yus AriyantoAndrie Harianto diperbarui 01 Sep 2016, 07:05 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 07:05 WIB
AM Hendropriyono
AM Hendropriyono

Liputan6.com, Jakarta - Usianya tidak lagi muda. 72 tahun. Dia gerah melihat adik-adik angkatannya di Akademi Militer sukses membangun partai sebagai saluran politik masyarakat dan menjadi besar. Sementara partai yang didirikan seniornya tertinggal jauh.

"Adik-adik saya bikin partai bisa jadi besar. Wiranto, Prabowo, SBY, itu adik-adik saya. Ini kok abang-abang saya (buat partai) kok kecil," kata Jenderal Purnawirawan Abdullah Makhmud Hendropriyono dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu 31 Agustus 2016.

"Saya anak buah langsung dari para pendiri partai, itu yang di hati saya itu merasa utang, karena mereka saya bisa menjadi seperti ini," dia menambahkan.

Hendropriyono terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di Kongres Luar Biasa, Minggu 28 Agustus 2016, menggantikan ketua umum sebelumnya, Isran Noor. Jabatan tersebut diemban Isran sejak Sutiyoso terpilih menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

PKPI sendiri didirikan Almarhum Jenderal Purnawirawan Edi Sudrajat dan Wakil Presiden Indonesia ke-6 Try Sutrisno. Dua prajurit militer sekaligus tokoh nasional. Namun dalam perjalannya, partai ini tidak tumbuh seperti partai-partai yang lahir dari rahim prajurit, seperti Demokrat, Gerindra, dan Hanura. Partai ini terseok-seok.

Abdullah Makhmud Hendropriyono (Liputan6.com/Andry Haryanto)

"Ini tokoh nasional, keprajuritan, bikin partai kok jadi kerdil terus, pasti ada apa-apanya. Pasti ada sebabnya," ujar Hendro.

Keadaan itu membuat Hendro terpanggil untuk memperbaiki PKPI. Dia menilai PKPI salah urus di kepemimpinan sebelumnya. Dia mengistilahkan bak berada di dalam kurungan besi. "Saya menilai ada ketidakmampuan dalam manajemen. Ini harus lepas dari kurungan besi, kalau tidak terpeleset terus," Hendro menegaskan.

Persoalan selanjutnya adalah mengisi kaum muda di tubuh partai. Alasannya, partai butuh wajah-wajah dan pemikiran yang segar untuk menggerakan roda organisasi. Oleh sebab itu, kaum muda menjadi prioritas untuk mengisi sejumlah pos penting di dalam partai nantinya.

"Saya minta maaf, terpaksa saya kasih batasan, kaum muda. Jangan terus-terusan orang-orang tua," ujar dia seraya tertawa.

Formatur Senior

Untuk menyusun kepengurusan, langkah awal yang dilakukan Hendro adalah mengumpulkan para senior dan pendiri partai duduk sebagai formatur. Mereka adalah Ibu Edi Sudrajat, Try Sutrisno Syaiful Sulun, dan TB Silalahi.

"Saya akan mengajak bersama-sama kubu Haris Sudarno (eks Ketum) dan Samuel Samson (eks Sekjen) untuk kembali ke PKPI. Masuk saja dalam tubuh PKPI, tapi jangan mendudukan diri sebagai ketua umum dan sekjen. Terbukti tidak ada hasilnya," Hendro menjelaskan.

"Saya minta semua yang ada di sana (Haris) berpikir, supaya mempunyai satu tujuan atau cita-cita yaitu membesarkan partai," dia menambahkan.

Hendro berharap kepengurusan segera dapat terbentuk dalam wakti dekat. Menginggat ada beberapa daerah yang akan menggelar Pilkada dan kepengurusan harus segara berdiri.

"Saya minta kalau bisa minggu ini," kata Hendro.

Abdullah Makhmud Hendropriyono (Liputan6.com/Andry Haryanto)

Dia menambahkan, meski usianya tidak lagi muda dalam tubuh partai, namun dia berharap membawa gerbong-gerbong muda.

"Lokomotif bisa siapa saja, tapi tolong gerbong belakang itu kepalanya 'kepala 5'. Bukan menafikan, saya sendiri 72, daripada tidak ada lokomotif, apa boleh buat? Tapi paling tidak ini lokomotif bisa jalan, daripada berhenti dan tidak sampai-sampai. Yang belakang harus terbalik usianya, 27," Hendro berseloroh.

Hendro tidak membantah banyak kritik dari teman-temannya ketika dia terpilih untuk mengurus PKPI, bukan partai besar.

"Ini pengabdian saja. Memang bisa saya mendapatkan sesuatu kekuasaan dari partai ini? Dulu bisa, sekarang sudah 72, enggak ada yang saya cari kecuali rasa empati. Masa partai yang didirikan tokoh besar, prajurit, jadi beringin ini jadi bonsai," ujar Hendro.

"Saya bukan boneka, saya tidak ada di bawah bayang-bayang siapa pun kecuali anggota PKPI sendiri," dia menutup pembicaraan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya