Liputan6.com, Jakarta - Fakta baru terungkap dalam persidangan ke-17 kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso. Ternyata, Mirna sudah menunjukkan ketidaknyamanan saat bertemu Jessica di Kafe Olivier, Jakarta Pusat pada 6 Januari 2016 lalu.
Hal itu disampaikan Kriminolog Universitas Indonesia (UI)Â Prof. Dr. Tb. Ronny Nitibaskara yang dihadirkan sebagai ahli di persidangan. Secara non-verbal, kata Ronny, saat itu Mirna terlihat membuat jarak dengan Jessica.
Baca Juga
"Perilaku non-verbal memberi jarak artinya tidak nyaman. Setiap orang cenderung mengarahkan atau mendekatkan tubuhnya ke arah orang lain yang membuat nyaman," ujar Ronny dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016).
Advertisement
Penilaian Ronny ini berdasar pada rekaman CCTV di Kafe Olivier saat Jessica, Mirna, dan Hanie Juwita Boon bertemu pada 6 Januari 2016 lalu. Saat bertemu Jessica, Mirna hanya memeluk dengan satu tangan. Berbeda dengan Hanie yang justru berlari kecil dan memeluk Jessica dengan erat.
"Ketika tidak nyaman, maka dia akan menjauhkan dirinya," kata dia.
Lebih jauh, Ronny menjelaskan, otak manusia terdiri dari beberapa macam. Otak neokorteks biasanya dapat membuat seseorang berbohong lewat kata-kata. Sementara otak limbik biasanya lebih pada kejujuran.
Otak limbik ini biasanya menghasilkan gerakan tubuh. Dalam analisisnya, gerakan Mirna kepada Jessica berasal dari otak limbik. Saat itu Mirna tidak bisa berbohong atau menyembunyikan sikapnya bahwa dia tidak nyaman dengan Jessica.
"Gerakan tertentu itu menjadi kunci orang itu berbohong atau tidak," tegas Ronny.