PVMBG: Aktivitas Gunung Bromo Belum Stabil

Kegempaan Gunung Bromo dicirikan oleh gempa tremor yang energi tremornya ada sejak 26 September 2016 atau sejak statusnya menjadi Siaga.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Okt 2016, 05:18 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2016, 05:18 WIB
20160713-Masih Waspada, Turis Gunung Bromo Dilarang Dekati Kawah-Probolinggo
Gunung Bromo memuntahkan abu vulkanik ke udara di Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (13/7). Bandara Abdul Rahman Saleh, Malang, sempat ditutup akibat erupsi Gunung Bromo yang membawa abu vulkanik ke arah barat-barat daya. (BAY Ismoyo/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Hendra Gunawan mengatakan, aktivitas Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut belum stabil.

"Secara umum aktivitas Gunung Bromo belum stabil dan statusnya masih tetap siaga dengan radius aman di luar 2,5 kilometer dari kawah aktif," kata Hendra seperti dikutip Antara, Minggu (9/10/2016) malam.

Menurut dia, kegempaan Gunung Bromo dicirikan oleh gempa tremor yang energi tremornya sejak 26 September 2016 atau sejak statusnya menjadi Siaga cenderung naik perlahan, tapi berfluktuasi hingga saat ini.

"Deformasi atau kembang kempisnya tubuh Gunung Bromo masih berfluktuasi juga," tutur Hendra.

Aktivitas Gunung Bromo pada 9 Oktober 2016 pukul 12.00-18.00 WIB tercatat secara visual terlihat cuaca mendung, angin tenang, suhu udara 14-16 derajat Celcius, Gunung Bromo kabut, kemudian terpantau juga turun gerimis dan hujan (10,5 milimeter).

"Secara visual, asap kawah Gunung Bromo juga tidak dapat teramati karena tertutup kabut dan secara seismik tercatat tremor Gunung Bromo terus menerus dengan amplitudo maksimum 0,5-10 milimeter, namun dominan ampitudonya 1 milimeter," jelas Hendra.

Sementara pada 9 Oktober 2016 pukul 00.00-06.00 WIB tercatat secara visual cuaca mendung, angin tenang hingga sedang, suhu udara 12-14 derajat Celcius, Gunung Bromo jelas-kabut, kemudian asap kawah teramati putih sedang-tebal, tekanan lemah-sedang, tinggi asap berkisar 50-300 meter dari puncak kawah ke arah barat.

"Dari pos pengamatan gunung api (PPGA) Bromo di Desa Ngadisari juga terdengar suara gemuruh lemah, sesekali teramati sinar api samar-samar dari kawah. Secara seismik terekam gempa tremor dengan amplitudo maksimum 0,5-7 milimeter dan dominan 1 milimeter," ujar Hendra.

Sementara itu, sebagian alat pemantau aktivitas Gunung Bromo milik PVMBG yang dipasang di Lautan Pasir, Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo hilang pada 18 September 2016.

PVMBG menaikkan status Gunung Bromo yang berada di perbatasan Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 26 September 2016 pukul 06.00 WIB.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya