Liputan6.com, Jakarta - Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bukittinggi melaporkan erupsi Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Erupsi Gunung Marapi juga diiringi hujan abu vulkanik pada Rabu 22 Januari 2025.
"Benar, terjadi erupsi Gunung Marapi pukul 19.29 WIB yang diiringi dengan hujan abu vulkanik," ujar Petugas PGA Gunung Marapi Teguh saat dihubungi di Padang, melansir Antara, Kamis (23/1/2025).
Dia mengatakan, berdasarkan catatan PGA letusan Gunung Marapi dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (MDPL) tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,7 milimeter, dengan durasi sekitar 30 detik.
Advertisement
"Sejumlah warga di Nagari Batu Palano, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam juga melaporkan fenomena hujan abu vulkanik terjadi pascaletusan Gunung Marapi," ucap Teguh.
Menurut dia, sebelumnya pada pukul 11.07 WIB PGA setempat juga melaporkan erupsi Gunung Marapi, namun ketinggian kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut. Dari catatan seismogram, letusan ini memiliki amplitudo maksimum 28,8 milimeter dengan durasi sekitar 25 detik.
Sehari sebelumnya, Selasa 21 Januari 2025 masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Marapi dikejutkan dengan dentuman keras erupsi Gunung Marapi pukul 22.47 WIB. Namun, ketinggian kolom abu tidak tercatat karena gunung tersebut tertutup kabut.
Saat ini, Gunung Marapi berada pada status Level II atau Waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan sejumlah rekomendasi di antaranya masyarakat, pendaki atau pengunjung diminta tidak memasuki atau berkegiatan di dalam wilayah radius tiga kilometer dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) Gunung Marapi.
Selain itu, PVMBG juga mengimbau masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran atau bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama pada saat musim hujan.
Â
Gunung Semeru Alami 22 Kali Erupsi, Visual Letusan Tidak Teramati
Sebelumnya, Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, kembali erupsi sebanyak 22 kali. Untuk visual letusan tidak teramati.
Erupsi pertama terjadi pada pada hari Selasa (21/1/2025) pukul 00.43 WIB dan visual letusan tidak teramati, namun erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 120 detik.
"Telah terjadi erupsi Gunung Semeru kembali pada pukul 21.11 WIB dan visual letusan tidak teramati, namun erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 109 detik," ujar Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Gufron Alwi, Rabu 22 Januari 2025.
Jarak antara erupsi satu dengan erupsi lainya juga berdekatan, ada yang hanya selisih beberapa menit dan ada juga yang selisih satu hingga dua jam.
Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, lanjut dia, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," katanya.
Selain itu, lanjutnya, masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Â
Advertisement
Gunung Ibu Kembali Erupsi 1.000 Meter, Status Masih Awas
Gunung Ibu kembali erupsi pada Rabu 22 Januari 2025, pukul 10.45 WIT. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Ibu teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak, atau sekitar 2.325 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu erupsi Gunung Ibu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat laut. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 19 mm dan durasi 61 detik.
Masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Ibu dilarang beraktivitas di dalam radius 5 km dan perluasan sektoral berjarak 6 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata).
Seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong alias hoaks, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat agar selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah.
Sepanjang awal 2025, Gunung Ibu tercatat sudah meletus sebanyak 265 kali. Hingga hari ini, Rabu, 22 Januari 2025, pukul 11.21 WIB, Gunung Ibu masih berstatus Awas (Level IV).