Liputan6.com, Jakarta - Sabtu, 10 Desember 2016 lalu, masyarakat dikejutkan dengan penemuan bom di Bekasi Jawa Barat. Uniknya, alat peledak tersebut dikemas dalam sebuah panci presto. Bom Bekasi tersebut rencananya diledakan di pos penjagaan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat keesokan harinya.
Keberhasilan Polri menangkap dan menggagalkan teror ini mendapat apresiasi dari anggota Komisi I DPR RI Charles Honoris. Menurut Charles, penangkapan teroris Bekasi menjadi bukti sinergitas yang baik antara Badan Intelijen Negara dan penegak hukum.
"Sinergitas yang baik menghasilkan deteksi dini dan pencegahan yang efektif atas aksi-aksi teror yang mengancam Indonesia," ujar Charles, Senin (12/12/2016).
Advertisement
Charles mengatakan ISIS dan ideologinya merupakan ancaman nyata saat ini. Ancaman tersebut menurut dia, bukan hanya berbentuk aksi teror, tetapi berwujud gerakan yang mengganggu stabilitas politik negara termasuk makar.
"Negara tidak boleh kalah dari kelompok-kelompok teror dan ideologi radikal. Seperti kata Presiden Jokowi jangan beri ruang untuk paham radikal berkembang di bumi Nusantara," ujar Charles seperti dikutip dari Antara.
Politisi PDI Perjuangan itu menilai saat ini kelompok radikal sudah melakukan infiltrasi ke berbagai jaringan maupun ormas di Indonesia. Bahkan ada ormas yang sudah secara terbuka mendukung ISIS dan pentolannya membaiat warga menjadi pengikut ISIS.
"Koordinasi yang baik antara lembaga intelijen dan penegak hukum harus terus ditingkatkan," kata dia.
Sebelumnya Densus 88 Mabes Polri menangkap tiga terduga teroris, MNS dan AS (laki-laki) serta DYN (perempuan) pada Sabtu (10/12) di daerah Bekasi, Jawa Barat.
MNS dan AS ditangkap di jalan layang Kalimalang, Bekasi, sementara itu DYN ditangkap di rumah kontrakan di Jalan Bintara Jaya 8 Bekasi, Jawa Barat. Polisi menemukan barang bukti berupa bom rakitan berbentuk penanak nasi elektronik (rice cooker) di kamar 104 kontrakan tiga lantai itu.