Hidayat Nur Wahid: Komunisme Masih Menjadi Ancaman Konkret

Hidayat Nur Wahid berpendapat TNI dan Polri harus satu kubu dengan umat Islam untuk melawan komunisme dan menyelamatkan Pancasila.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Des 2016, 17:21 WIB
Diterbitkan 15 Des 2016, 17:21 WIB
Hidayat Nur Wahid: Komunisme Masih Menjadi Ancaman Konkrit
Hidayat Nur Wahid: Komunisme Masih Menjadi Ancaman Konkrit

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid berpendapat TNI dan Polri harus satu kubu dengan umat Islam untuk melawan komunisme dan menyelamatkan Pancasila. Jangan sebaliknya menjadikan umat Islam sebagai musuh.

"Umat Islam menjadi tulang punggung (back bone) untuk menyelamatkan Pancasila dari ideologi komunisme," kata Hidayat Nur Wahid dalam Dialog Kebangsaan bertema "Pancasila VS Komunisme: Menguji Daya Tahan NKRI dalam Menghadapi Problem Nasional" di Aula K.H. Noer Ali Islamic Centre Bekasi, kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (15/12/2016). Turut berbicara dalam dialog ini Prof Dr H. Ahmad Satori Ismail (Ketua Ikadi).

Hidayat Nur Wahid mengungkapkan komunisme masih menjadi ancaman konkret bagi Indonesia. "Mereka terus melakukan konsolidasi, menyebarkan simbol-simbol komunisme, dan ada desakan untuk mencabut Tap MPRS No. XXV/MPR/1966 yang melarang Partai Komunisme Indonesia (PKI). Kenapa mereka minta Tap itu dicabut? Karena untuk menghidupkan kembali komunisme," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Hidayat, komunisme menjadi lahan subur ketika agama dilecehkan atau dinistakan. Kemudian antar umat beragama diadu domba. "Maka mereka (komunisme) mengatakan lihat agama berantem. Jadi untuk apa beragama. Ini menjadi pintu bagi komunisme," lanjutnya.

Kemudian, secara ideologis dan historis, paling nyata adalah pemberontakan komunis diantaranya tahun 1948, 1965. "Sudah tiga kali melakukan pemberontakan. Komunisme adalah virus jahat," tegas Hidayat

Sesungguhnya, tambah Hidayat, dalam Pancasila tidak ada tempat bagi komunisme. Dari proses sejak 1 Juni, kemudian Piagam Jakarta, dan sila-sila Pancasila dalam UUD yang disahkan pada 18 Agustus 1945, tidak ada tempat untuk komunisme. "Dalam Pancasila ada Ketuhanan. Komunisme tidak mengakui adanya Tuhan," imbuhnya.

"Presiden Jokowi yang menandatangani hari lahir Pancasila 1 Juni seharusnya presiden melawan komunisme. Dalam Pancasila 1 Juni ada Ketuhanan. Dengan demikian hormatilah agama," tambahnya.

Menurut Hidayat, Indonesia mempunyai pilar kokoh untuk menyelamatkan Pancasila dari komunisme. Dalam hal ini umat Islam berperan penting ketika melawan komunisme dan menyelamatkan Pancasila. "Melihat realitas sejarah, TNI dan Polri harus satu kubu dengan umat Islam untuk melawan komunisme dan menyelamatkan Pancasila," ucapnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya