Liputan6.com, Jakarta Banjir bandang yang melanda Jawa Barat belakangan ini menjadi perhatian. Bila kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin banjir di wilayah Jawa Barat akan semakin meluas.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, setelah dilakukan pendalaman, penyebab utama terus tergerusnya kawasan hutan di Jawa Barat karena maraknya penanaman sayur-sayuran di wilayah perbukitan. Hal ini diyakini menjadi penyebab tingginya tingkat sedimentasi lahan berujung pendangkalan sungai dan banjir.
Baca Juga
Kondisi ini memang terbilang cukup dilematis. Mengingat penanaman sayur-sayuran memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat Jawa Barat. Di sisi lain, erosi yang ditimbulkan juga sangat besar.
Advertisement
"Lahan-lahan itulah yang masuk kawasan hutan tapi milik masyarakat dan kemudian selama ini ditanami oleh sayur-sayuran, tanaman semusim, kol cabe, tomat, itu kemudian berakibat secara ekonomi bagus, tapi sedimentasinya atau erosinya sangat dahsyat, yang berakibat dialirkan ke sungai dan sedimentasi di kawasan hilir," kata pria yang karib disapa Aher usai rapat penanggulangan banjir di Provinsi Jawa Barat, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu 21 Desember 2016.
Pemerintah kini sudah menyiapkan solusi pengganti untuk mencegah erosi terus meluas. Petani akan disarankan untuk mengganti tanaman sayuran dengan menanam kopi. Penanaman kopi ini dikhususkan bagi warga yang memiliki lahan miring.
"Secara ekonomi lebih besar daripada tanaman sayur-sayuran dan lain-lain. Nah karena apa, tanaman kopi sudah bagus harganya. Kopi terbaik di dunia kopi asal Jawa Barat, harganya sangat mahal, secara ekonomi sangat menguntungkan petani dan secara konservasi akan membuat hutan hijau," imbuh Aher.
Evaluasi dan rehabiliasi memang difokuskan pada kawasan Citarum dan Cimanuk. Penanaman kembali ini akan menggunakan beberapa teknik, baik yang konvensional hingga aeroseeding atau penyebaran bibit menggunakan pesawat khusus untuk daerah terpencil dan sulit dijangkau.