Liputan6.com, Jakarta - KM Zahro Expres terbakar di tengah laut, usai berlayar seekitar 1 mil dari Muara Angke menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Dugaan penyebab terbakarnya KM Zahro Expres karena percikan api di mesin kapal yang mengenai bahan bakar minyak (BBM).
Bila terjadi kapal terbakar, terjun ke laut ternyata bukan keputusan yang harus segera diambil. Sebab, sebelumnya, para penumpang dalam kapal perlu melakukan beberapa hal.
"Intinya jangan panik. Bersikap tenang dan cari alat penyelamat seperti pelampung, dirigen, papan atau alat lain yang bisa mengapung," kata Deputi Bidang Operasi SAR Basarnas, Heronimus Guru, melalui pesan singkat di Jakarta, Senin (2/1/2017), seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Setelah mendapatkan alat penyelamat, ia menambahkan, seseorang perlu memastikan bahwa yang ia tumpangi tidak dalam keadaan sedang tenggelam. Kemudian, penumpang perlu melihat situasi sekitar, apakah terdapat kapal lain yang bisa menolong.
Apabila kondisi semakin mendesak, lanjut Heronimus, penumpang yang sudah dilengkapi pelampung atau alat penyelamat lain dapat mengambil keputusan untuk terjun ke laut.
"Ya, keputusan terjun harus sudah bersama alat pelampungnya. Intinya jangan panik," ungkap Heronimus.
KM Zahro Expres terbakar Minggu pagi, 1 Januari 2017, di perairan Kepulauan Seribu. Saat itu kapal mengangkut 150 orang dari Pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Tidung. Namun, setelah berlayar 1 mil, kapal terbakar. Bangkai kapal kini telah dievakuasi ke Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara.